Ketika Zohri meraih juara di kejuaraan dunia, merah putih menjadi pusat perhatian. Bangsa dari manakah si Zohri, mengapa bisa mengalahkan pelari-pelari Amerika Serikat yang berkulit hitam? (Bukankah kulit hitam itu dari Bangsa Afrika?)
Putih merah Polandia bisa dibalik, kebangsaan juga bisa dibolak-balik. Bahkan, sekaligus membolak-balik sponsor, demi politik kekuasaan (dalam kebangsaan?). Berduyun-duyun memberi sponsor paska juara! Ha… ha… ha… !
Apa niat dalam hati Zohri? Demi bangsa dan negara yang telah menciptakan rumah peyotnya, manakalah harta di bawah tanahnya dijadikan transaksi orang-orang nun jauh di ibukota? Barangkali, Zohri hanya ingin berlari, menghindari onak duri, mencari rezeki di depan menanti yang tak pasti.
Hanya karena ia cepat berlari, apakah ia menjadi ujung tombak demi kebanggaan kebangsaan? Meninggalkan ratusan atlet lain di negeri ini yang terlunta gara-gara kebetulan tak juara? Tak bisa dibanggakan maka hanya akan dilupakan?
Perancis berbangga, sebagai negeri di Eropa menjadi juara dunia sepak bola. Pemainnya hampir berkulit hitam semua, artinya bukan asli bangsa Eropa. Nasionalisme kebangsaan? Nol. Yang ada, nasionalisme kebenderaan. Di sanalah berkumpul kekuatan penguasa ekonomi dunia, setiap inchi nasionalisme dihitung berdasar kemakmuran. Pemain bisa terbeli.
Barangkali, dan sebaiknya, Zohri tak perlu pusing masalah bangga-membanggakan bangsa dan negara. Sudah ada petugasnya. Para punggawa negeri yang butuh pencitraan diri, selalu siap memanen situasi.
“Janganlah manja, ayo berjuang untuk negeri!” sambil menyeruput kopi di salah satu sudut kafe merek luar negeri.
Jangan bandingkan dengan negara-negara adi kuasa. Mereka pintar merawat sapi perahnya. Sponsor, hanya sekedar agar mudah menjual harga. Tapi masih lebih mending, daripada para atlet negeri yang akhirnya berjuang setengah hati gara-gara pilih kasih yang tak bertepi dari para petinggi yang hanya mencari nikmat situasi.
Barangkali, memang sudah sedikit orang arif di sekeliling negeri. Jika banyak, setiap atlet yang berprestasi dan tak berprestasi, tetap dihargai perjuangannya. Peluh keringat, bisa ditukar harga. Agar menularkan semangat berguna bagi semua.
Berlarilah Zohri, banggalah sebagai manusia. Niscaya, anak-anak negeri juga akan berlari, bangga sebagai manusia merdeka. Berlarilah sekuat tenaga, demi dirimu sendiri. Karena dengan itu, rakyat bangsamu, juga ikut berlari demi diri mereka sendiri, sang pemilik negeri sesungguhnya.
Tinggalkanlah orang-orang yang sekedar memanfaatkan slogan-slogan nasionalisme demi kepentingan mereka. Bahkan sesungguhnya, atas prestasimu yang berasal hanya dari usahamu, sedang mengolok-olok para pencari citra, mempermalukan di hadapan dunia.