Pada 23 Juli, Zulfikar Akbar memposting tulisan di akun miliknya, @zoelfick, dengan mention ke @fahrihamzah. Isi postingannya seperti ini,”Padahal kalau saja @Fahrihamzah lahir dari ibu yang baik-baik, ia lebih bisa menebar kebaikan. Bukan hasutan, bukan adu domba, apalagi menjual agama hanya untuk semakin mempertebal lemak di perutnya”.
Postingan di atas memancing reaksi beberapa netizen, seakan ingin mengklarifikasi apakah benar-benar ia nyatakan hal tersebut. Tidak sekalipun ia menarik kembali pernyataan tersebut, menandakan bahwa apa yang ia tulis benar-benar apa yang ia maksudkan.
Apalagi, dirinya seorang jurnalis (masih?). Seorang jurnalis tentu bisa menulis apa yang ia maksud. Kalau bukan jurnalis, bisalah dimengerti kalau salah ungkap tidak sesuai apa yang dimaksud.
Sekarang, jika postingan tersebut memang tidak ingin diralat olehnya, maka barulah perlu dianalisa agar bisa memahami maksud si penulis. Dimulai dari kalimat pertama.
Kalimat pertama, diawali dengan kata pengandaian “kalau”. Kata ini membuat pernyataan setelahnya bermakna terbalik dengan kenyataan. Contoh, “kalau kamu perempuan” berarti bukan perempuan.
Dari contoh baru saja, pernyataan pertama Zulfikar juga berarti menyatakan ibunya Fahri Hamzah bukanlah orang baik-baik. Pernyataan ini bisa berakibat fatal bila dibaca oleh orang yang percaya perkataan Zulfikar, karena berarti mengajak orang lain juga percaya bahwa ibunya Fahri Hamzah bukan orang baik-baik.
Jika ada yang membela, menyatakan mungkin karena sedang emosi. Bisa saja, dalam arti apa yang ditulis dalam keadaan bawah sadar. Namun, jika benar, hal tersebut menggambarkan bahwa dirinya memang benar-benar menanamkan dalam dirinya bahwa sampai-sampai ibunya Fahri Hamzah dibayangkan seperti bukan orang baik-baik.
Di kalimat terakhir dari postingan tersebut, Zulfikar benar-benar melihat Fahri Hamzah sebagai seorang yang buruk, dengan kata-kata “penjual agama hanya untuk menebalkan lemak perut”. Banyak orang akan membacanya sebagai tulisan kebencian daripada kritik atau debat, karena menyerang pribadi bukan argumen.
Pandangan Zulfikar yang sangat buruk terhadap pribadi Fahri Hamzah ini barangkali membuat dirinya berani menyatakan bahwa ibunya Fahri Hamzah bukan orang baik-baik.
Apakah termasuk pidana? Beberapa orang mengatakan, bisa masuk ranah pidana jika yang tersangkut, Fahri Hamzah, melaporkan ke polisi, karena delik aduan. Bahkan ada yang memohon agar Fahri Hamzah melaporkan, dengan maksud agar tidak dicontoh orang-orang.
Dalam Islam sendiri, menghina orangtua (ibu atau bapak) orang lain itu tidak ada hukum dunianya, tidak seperti mencuri yang harus dipotong tangannya. Kalau hukum akhirat, termasuk dosa sangat besar karena seperti menghina atau durhaka kepada kedua orangtuanya sendiri.
Dalam budaya nusantara, cukup beragam, namun rata-rata sangat menjunjung tinggi posisi orangtua terutama ibu. Bahkan, di beberapa daerah, jika menghina seorang ibu sama artinya menghina hidup satu keluarga, yang hanya bisa dibalas dengan harga nyawa. Apa yang dilakukan orang-orang yang menghormati ibunya Fahri Hamzah jika membaca tulisan Zulfikar ini?
Lebih buruk lagi, komunikasi antar komponen bangsa hanya berkutat pada menyerang pribadi, bukan beradu argumen, dipicu dengan pernyataan-pernyataan seperti ini. Apakah ini bawaan bangsa Indonesia yang tidak bisa lepas dari jajahan ratusan tahun lampau? Bisa jadi.
Sejarah mencatat, berbagai kerajaan di Nusantara takluk satu persatu kepada penjajah karena intrik-intrik internal karena strategi adu domba, dengan menciptakan “penjilat-penjilat” yang sok-sokan membela yang kuat untuk mendapat porsi kuasa. Sebegitukah Indonesia kini?
@ferrykoto Iya menghina