All Indonesian Final. Ramai. Keras pertandingannya. Tiga set. Set ketiga pun dengan deuce, hingga akhirnya ditutup dengan skor 24-22.

Penonton? Super. Sebagian dukung satu pasang, sebagian dukung lainnya. Tapi, sama-sama keras bersorak IN – DO – NE – SIA berulang-ulang.

Keras dan ketatnya pertandingan, antar kawan satu pelatihan, di ajang Internasional, sungguh menjadi kebanggaan. Sama sekali berkebalikan dari memalukan.

Memang, akhirnya, ada yang kalah, ada yang menang. Kalah tentu kecewa. Menang tentu bangga. Namun, penonton tetap bangga kepada kedua pasangan. Standing applause untuk semua.

Seharusnya, pilpres juga. Sama-sama anak bangsa. Bertanding dalam kompentensi legal. Pasti ada yang menang, ada yang kalah. Seru, boleh. Keras, silakan kalau sekedar adu argumen. Asal ikuti aturan main, semua akan menikmati.

Kalau nanti ada yang kalah, toh nanti bisa “bertanding” ulang, di arena latihan. Semakin banyak latih tanding, semakin kuat dan terampil, kedua-duanya, terasah pengalaman dan kematangan.

Tidak ada yang main curang, tidak ada yang saling benci setelah pertandingan, bahkan saling rangkul tanpa prasangka. Maju bersama.

Takut kalah itu biasa, ingin menang itu normal. Tapi, tak ada yang pakai cara tak kesatria, semua sportif dan tegak dalam harga diri bangsa utama.

Begitulah, idealnya, sekali lagi idealnya. Kenyataannya? Entahlah.