WARGASERUJI – Ada nomor tak dikenal masuk ke nomor WA saya. Bunyinya mengagetkan, karena hanya berisi link berita dan permintaan alamat dan nomor rekening. Ternyata, setelah di telusur, tercatat menjadi pemenang di lomba menulis PWI 2019! Senangnya, walau hanya pemenang harapan.
Ini link-nya : https://indonesiaglobalworker.com/2019/08/16/20-artikel-terbaik-lomba-menulis-kebangsaan-yang-diadakan-pwi-pusat/
Lomba menulis itu sendiri sudah dari Januari 2019. Kejutan, karena sudah dilupakan. Sudah anggap kalah. Sudah tak berharap menang. Karena, dulu sering ikut lomba menulis dan tidak pernah menang walau sangat berharap.
Atau memang harusnya begitu, ya? Ikut lomba itu tak usah berharap menang? Jadi lebih “lepas”? Pokoknya nulis, nulis dan nulis. Kalau menang, jadi senang. Kalau tak menang, tetaplah senang.
Jadi ingat, sebelum ikut lomba ada perbincangan dan perdebatan sengit di grup. Grup penulis. Ketika PWI mengadakan lomba, temanya saja sudah dikritik. Mengapa harus ikut “tabuh” Deny JA? Apa ada “agenda” khusus dengan mengambil tulisannya?
Judul tulisan Deny JA itu: “NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi”, memang mengundang tanda tanya. Ada yang menyebutnya sebagai cara mengadu domba Islam dengan negara, dan lain-lainnya.
Tapi, kalau memang tidak setuju, bantah saja dengan tulisan. Ini sepertinya maksud PWI mengadakan lomba. Harus dipancing dengan suatu yang kontroversial. Adu pemikiran menjadi terbuka. Memahami cara berpikir antara satu dengan lainnya melalui tulisan.
Ini tulisan saya yang diajukan lomba: Syariah Pancasila, Negara Ambigu?
Ya sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu. Yang paling disyukuri itu ternyata walau dulu tak pernah menang di lomba menulis, tidak membuat kapok menulis. Atau memang dasarnya suka menulis?
Memang, sih. Ada rasa nikmat ketika menulis. Seperti mendapatkan kebebasan tak terbatas. Apalagi kalau sudah tidak berharap materi. Pokoknya, seperti mencurahkan pemikiran, kepala jadi dingin karena sudah dilampiaskan.
Nah, kalau ada lomba lagi, ikut tidak ya? Soalnya, pemenang pertama di kategori umum punya gelar akademik yang mentereng. Apa bisa bersaing dengan orang-orang hebat seperti itu?
Ah, biarlah. Pokoknya nulis, nulis dan nulis. Ada lomba, atau pun tidak.