SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Ulama Pelopor Tolak Obor

Ulama Pelopor Tolak Obor

WARGASERUJI – Berbicara tentang ulama, erat kaitannya dengan aroma agama. Ulama menjadi sosok pewaris para nabi dalam menjalankan aturan dari Sang Khalik. Ulama sebagai benteng terakhir pelindung umat, sehingga menjadi kewajaran jika umat senantiasa merujuk kepada ulama dalam menentukan sikap. Salah satunya, sikap ulama pelopor tolak OBOR.

Di tengah ramainya berita proyek One Belt One Road (OBOR/Satu Sabuk Satu Jalan) China yang telah masuk ke bumi pertiwi, sontak membuat para ulama ikut angkat bicara. Menurut para ulama proyek OBOR sangat membahayakan bumi pertiwi.

Para ulama melaksanakan kegiatan Mutlaqo Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah Nasional dalam rangka menyikapi dilaksanakannya proyek One Belt One Road (OBOR/satu sabuk satu jalan), bertempat di Aula Pondok Pesantren (Ponpes) Darrussalam Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dihadiri sekitar 1.000 orang peserta terdiri dari perwakilan para tokoh alim ulama, kyai dan ustad dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah, Persis, Ormas Islam FPI dan Eks HTI dari Jabodetabek.

Adapun beberapa poin penyampaian para tokoh ulama bahwa, “Proyek OBOR China harus kita tolak, karena proyek tersebut adalah upaya kolonialisasi China baik secara teritorial maupun ekonomi, upaya penyebaran ideologi sosialisme komunis, upaya membangkrutkan negara–negara oleh penjajah Cina. Dengan kata lain, OBOR China adalah bentuk penjajahan baru yang harus segera dipadamkan, penerapan Syariah Islam secara Kaaffah solusi mengatasi proyek OBOR China,” demikian pernyataan para tokoh ulama. (Asep/Nis). (TRANS89).

Adanya seruan para ulama untuk menolak OBOR telah menjadi angin segar kebangkitan umat. Para ulama dapat melihat, tatkala derasnya proyek asing terutama OBOR yang tertanam di negeri ini pasti akan berujung kepada kesengsaraan.

Ancaman Hutang

Risiko terbesarnya adalah gagal bayar utang. Zimbabwe menjadi contoh cerita yang mengenaskan. Gagal membayar utang sebesar US$40 juta kepeda Cina. Sejak 1 Januari 2016, mata uangnya harus diganti menjadi Yuan, sebagai imbalan penghapusan utang.

Berikutnya Nigeria. Model pembiayaan infrastruktur melalui utang yang disertai perjanjian merugikan dalam jangka panjang. Cina mensyaratkan penggunaan bahan baku dan buruh kasar asal negara mereka untuk pembangunan infrastruktur.

Begitu juga Sri Lanka. Setelah tidak mampu membayar utang, akhirnya Pemerintah Sri Langka melepas Pelabuhan Hambatota sebesar US$1,1 triliun.

Tak ketinggalan Pakistan. Pembangunan Gwadar Port bersama Cina dengan nilai investasi sebesar US$46 miliar harus rela dilepas.

Risiko seperti itu tidak mustahil. Bila melihat pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan secara massif, polanya mirip dengan apa yang dilakukan oleh negara-negara yang gagal membayar utang. (Rmol.co).

Selain itu, utang luar negeri dapat membuat negara pengutang tetap miskin karena terus-menerus terjerat utang yang makin menumpuk dari waktu ke waktu. Menumpuknya hutang membuat negara pengutang semakin terpuruk.

Tugas Ulama

Sebelum bumi pertiwi ini berada pada ambang kehancuran, para ulama harus menjadi garda terdepan untuk mencegah legalnya proyek OBOR. Para ulama lah yang mampu menyadarkan umat dan para penguasa untuk menghentikan proyek OBOR.

Selain itu, para ulama juga yang mampu menyadarkan umat dalam mewujudkan negara yang mandiri. Negara mandiri adalah negara yang tidak bergantung kepada negara lain dalam membangun negara. Negara mandiri akan terwujud dengan sistem pemerintahan yang mandiri yaitu Islam. Dalam peraturan sistem Islam, kekayaan alam merupakan kepemilikan umum. Pengelolaannya diserahkan kepada negara untuk kepentingan rakyat (umum).

Hasil dari pengelolaan sumber daya alam akan dipergunakan untuk kepentingan umum. Misalnya untuk membangun jalan, kesehatan, pendidikan, penyediaan perpustakaan dan untuk membangun infrastruktur negara.

Walhasil, proyek OBOR wajib ditolak. Indonesia harus menjadi negara mandiri. Kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dapat diwujudkan. Syaratnya, dengan memberlakukan sistem yang mandiri yaitu sistem Islam. Ulama, penguasa dan umat saling bergandengan tangan untuk mewujudkan sistem Islam. Sekali lagi, ulama pelopor tolak OBOR.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER