SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Rindu PKS Yang Dulu, Bukan PKS Sekarang

Rindu PKS Yang Dulu, Bukan PKS Sekarang

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang memiliki kesan mewakili generasi-generasi intelektual dalam Islam di Indonesia. Gerakan-gerakan kaderisasi pada tahun 2000-an dengan anak-anak muda sebagai sasaran sangat membuahkan hasil dengan menempatkan PKS menjadi peringkat ke-6 suarat terbanyak dibawah Partai Demokrat.

Metode kekeluargaan, diskusi dan sistematisnya kaderisasi menciptakan kader-kader PKS yang memiliki pemahaman yang kuat baik secara agama maupun secara kepartaian. Bahkan boleh dikatakan “mustahil” seorang kader PKS akan berpindah ke partai lain. Niat perjuangan mengembangkan agama Islam dengan dakwah dan tabligh sangat mengena dalam masyarakat, bahkan mampu membuat NU dan Muhammadiyah ikut menyumbang sebagian anggotanya menjadi bagian dari PKS.

Bahkan saat itu ada istilah kalau ada perempuan berjilbab lebar atau pria yang berjenggot dan bercelana “cingkrang” disebut sebagai orang PKS. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tersebut. Tutur bahasa yang santun, kemampuan lembut anggotanya dalam melakukan kaderisasi dengan sedikit beberapa ungkapan dalam bahasa arab seperti “akhi/antum” benar-benar menyejukkan dalam proses kaderisasi tersebut. Hampir di sebagian kegiatan sosial muncul bendera atau umbul-umbul PKS sebagai bukti keterlibatan mereka dalam acara tersebut.

Kini PKS terasa berubah dengan semakin condongnya ke arah jabatan. Hal ini tentunya menjadi dilema tersendiri bagi PKS yang identik dengan partai Islam. Dalam hukum Islam yang menyebut bahwa jabatan adalah amanah, kini sebagian kader PKS mengajukan diri menjadi pejabat bahkan terkadang beberapa kader atau simpatisan melakukan cara yang kurang terpuji dalam melakukan sosialisasi. Rasa paling benar atau paling baik terkadang menjadikan sesorang menjadi lupa untuk melihat kebawah sehingga tersandung oleh hal-hal kecil.

Kasus korupsi yang menimpa beberapa kader PKS seringkali disikapi dengan sikap kontraproduktif dengan sikap merasa didzolimi atau dianiaya. Hal ini seharusnya menjadi koreksi internal ke dalam PKS sebagai partai Islam untuk melakukan perbaikan ke internal partai. Terpilihnya Presiden PKS, Hidayat Nur Wakhid adalah contoh terpilihnya kader PKS dengan cara yang bijak dan wujud seorang yang amanah dalam berpolitik.

Bahkan konflik internal PKS antara Fahri Hamzah dengan Muhammad Sohibul Imam belum juga terselesaikan dan secara informal membuat PKS menjadi terbelah. Seharusnya hal ini menjadi ajang untuk saling intropeksi bahwa PKS adalah sebuah wadah perjuangan bukan wadah untuk menuju kekuasaan.

Bahkan Adly Fairuz yang disebut sebagai ikon PKS muda ternyata menyeberang ke Partai Nasdem, hal ini tentunya menjadi tamparan telak buat PKS. Apakah PKS hanya batu loncatan untuk berpolitik meraih jabatan?

PKS adalah partai Islam yang berorientasi ibadah dan perjuangan, sedangkan jabatan yang didapat adalah amanah. PKS kembali ke jalur yang benar dan menjadi wadah perjuangan Islam dengan memakai kaidah-kaidah Islam tentunya membuat PKS menjadi partai yang disegani.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER