Pesta demokrasi yang akan diselenggarakan bangsa ini masih memiliki dua pesta besar, dengan pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden. Para anggota legislatif mulai merapatkan barisan pendukungnya dengan melakukan konsolidasi diam-diam di daerah pemilihannya. Tim sukses calon presiden dan wakilnya mulai bergerak juga menyusun strategi politiknya.
Karena disebut Pesta, maka tentunya diperlukan pengorbanan biaya, tenaga dan waktu yang sangat besar untuk mencapai kesuksesan acara tersebut. Biaya akomodasi tim sukses dan juga peralatan peraga kampanye menjelang pesta demokrasi tersebut.
Dalam masa-masa menjelang pemilihan tentunya akan sangat mudah dijumpai adanya “Pelacur Politik” yang bergentayangan. Di satu sisi mereka akan disebut sebagai pengkhianat sedangkan di sisi lain mereka akan disebut sebagai ksatria politik. Bahkan yang lucu terkadang pelacur politik seakan ingin “insyaf” dari kesalahan pilihan dalam perjuangan politik.
Pelacur politik tersebut akan menggunakan berbagai cara untuk melancarkan aksinya. Sebagian masih malu-malu kucing untuk menjajakan dirinya sebagai seorang pelacur politik. Mereka hanya sedikit membantu dengan memberikan data-data untuk “majikan” barunya, atau bahkan memberikan pelayanan baru untuk memuaskan nafsu kekuasaan majikan barunya.
Sebagian pelacur politik malahan dengan beraninya mendeklarasikan dirinya bahwa telah melakukan “ijab” dengan majikan barunya. Inilah fenomena politik yang mengiringi suhu politik yang makin memanas dengan semakin dekatnya masa pemilihan legislatif dan eksekutif.
Hal ini merupakan sesuatu yang bersifat lumrah di dunia politik, sebagaimana sebuah kiasan yang sering terdengar dalam dunia perpolitikan. Dalam dunia politik tidak ada pertemanan yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi.
Bagaimana menyikapi terhadap fenomena ini?
Marilah kita nikmati saja pertunjukan “dagelan politik” ini dan janganlah terlalu dimasukkan dalam sendi-sendi kehidupan kita dalam bermasyarakat apalagi dalam beragama. Tetaplah menjadi manusia Indonesia yang bertekad untuk membangun negeri ini tanpa terpengaruh siapakah yang akan menjadi pemimpin di negeri ini. Biarlah para “Pelacur Politik’ menikmati dunia kepelacurannya yang membuat mereka terbuai oleh kenikmatan dunia. Mereka akan memakai segala cara untuk mencapai tujuannya, baik memakai “bedak-bedak” penuh keindahan dan harapan, maupun “hati palsu” penuh kemunafikan.
Dan sebagai orang beriman dan berislam, agar kita selalu meminta petunjuk pada Allah dengan selalu menjalankan perintah dan larangan Nya.
Alamak… warga Alexis pada diaspora