WARGASERUJI – Kadang jodoh itu … yang dikejar-kejar malah menjauh, yang nggak sengaja malah mendekat, yang tadinya pasti jadi ragu, yang tadinya diragukan malah jadi pasti, yang selalu diimpikan tak berujung pernikahan, yang tak pernah diimpikan malah bersanding di pelaminan. (Lagi nasehat pernikahan)
“Jodoh itu jorok. Bisa ketemu di mana aja, kapan aja. Jadi kamu ga usah sedih, bingung atau minder cuma gara-gara belum nikah. Yang penting sekarang fokus aja jagain orangtua, jodoh nggak akan ketukar kalau udah waktunya juga kamu pasti bisa nikah. Jodoh, hidup, mati, rejeki udah diatur sama Allah.”
Nasihat pertama saya dapat dari media sosial, sedangkan yang kedua dari saudara-saudara saya. Jadi baiklah, saya pikir dua nasihat itu sudah mewakili pertanyaan para tetangga nyinyir yang sok tahu.
Usia hampir 38 memang rawan, apalagi di saat teman seangkatan banyak yang sudah memiliki tiga anak atau cucu, bahkan ada juga yang sudah menikah lagi. Sering saya berkelakar pada teman yang menikah tidak hanya sekali, “Gimana gue mau nikah, stok cowok dihabisin sama loe semua!” dan akhirnya dia pun malu sendiri di skak-mat begitu.
Bukan antipati atau pasrah bahkan malas dan enggan untuk mencari jodoh, karena saya dulu pernah semangat mencari jodoh, tapi mungkin memang sekarang sudah harus diam menunggu jodoh datang sendiri.
Sebenarnya saya tipikal orang yang cuek, tapi sejak kakak dan adik-adik menikah saya jadi berpikir untuk mencari jodoh. Mulai dari sosial media hingga taaruf atau berkenalan langsung bahkan nekat mengajak seorang pria untuk langsung menikah semua sudah saya lakukan, tapi memang mereka bukan jodoh saya, ya apa mau dikata?
Saya juga pernah dirayu, disanjung dan dipuja tapi kalau hati enggan menerima ya mau bagaimana lagi, tidak mungkin memaksakan diri jika hati tidak ada kecocokan, kan?
Semua peristiwa pasti ada hikmahnya. Kadang kalau direnungi, saya jadi yakin Allah melindungi saya dari mereka yang hanya memanfaatkan perasaan saya saja. Seperti pernah dan sering saya alami juga, banyak yang datang hanya untuk mengajak ‘kumpul kebo’ atau menguras uang saya saja, namun Alhamdulillah Allah selalu menunjukkan kebenarannya dengan bermacam cara sebelum saya jatuh terjerumus lebih dalam lagi.
Dan pada akhirnya, di usia menjelang 38 ini saya jadi sadar, bahwa saya memang belum waktunya berjodoh dengan seseorang. Lagi pula, jika memang tidak berjodoh di dunia, mungkin di akhirat Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk saya.
Saya juga sadar, mungkin saya memang harus memantaskan diri sebelum mendapat jodoh yang pantas untuk saya.
Mata hati saya juga terbuka tentang jodoh, justru melalui keponakan-keponakan di rumah. Saya belum bisa mengambil bahkan meski hanya sedikit hati mereka untuk saya dari orangtuanya.
Dari sekian banyak keponakan, tidak ada satupun yang benar-benar dekat dengan saya. Yang saya rasakan selama ini justru sebaliknya, mereka semakin menjauh, tidak mau terbuka, enggan bicara, bercanda, atau menuruti nasihat saya.
Dari situlah saya berintrospeksi diri, mungkin inilah salah satu alasan saya belum berjodoh. Bagaimana mungkin bisa menikah dan memiliki anak, kalau belum bisa dijadikan panutan bagi semua keponakan?
Disitulah kadang saya selalu bersedih, tapi harus ikhlas menerima untuk tidak memaksakan diri mendekati mereka, walau merekalah sebenarnya sumber semangat hidup saya sekarang.
Biarlah hanya doa yang saya deraskan untuk mereka, walau harus semakin menjauh dan menjauh lagi seiring mereka bertambah dewasa. Mungkin belum saatnya bagi mereka untuk bisa menerima saya sebagai wakil orangtua mereka. Mungkin dan banyak kemungkinan lain yang akan terjadi sesuai harapan, nanti … jika sudah waktunya.
Namun untuk sekarang, biarlah hanya airmata dan hati yang selalu berkata untuk mereka. Biarlah saya bercengkrama dengan mereka melalui doa dan tatapan mata penuh kasih sayang, saat ini … ya, semoga hati, sikap, perbuatan dan perkataan mereka menjauh pada saya hanya untuk saat ini saja.
Dan bila waktunya tiba, saat itulah Allah akan mendatangkan suami dan anak-anak sendiri untuk dipeluk, dicium, dididik, dinasihati melalui perbuatan dan ucapan di tiap menit, detik, jam, hari, bulan tahun hingga akhir napas.
Wahai jodohku, datanglah di saat kau yakin sudah diizinkan oleh Allah untuk datang. Jika saat itu tiba, semoga para keponakan pun saat itu juga mendekat sepertimu. Tapi untuk saat ini, biarlah saya dulu yang mendekatkan diri melalui perbuatan yang mencerminkan kasih sayang saya, serta melalui doa di setiap helaan napas ini. Semoga pada akhirnya mereka akan bisa melihat dan menyadarinya. Aamiin.
Satu hal lagi, menjalani hidup sendiri tidaklah seburuk yang orang lain pikirkan tentang kita. Mungkin mendatangkan rasa iba bagi yang melihatnya, tapi kalau yang menjalani tidak merasa bermasalah atau justru merasa bahagia hidup sendiri ya kenapa tidak?
Bahagia datang bukan dari orang lain, tapi dari hati. Jika hati merasa nyaman dengan apa yang didapat, dirasa, dan dijalani maka kita pasti akan merasa bahagia. Jadi, satu pesan untuk para jomlo … LET’S WE ENJOY THE LIFE!