WARGASERUJI – Pemilihan Presiden 2019 sudah memasuki masa-masa krusial dengan suhu politik yang semakin memanas. Kedua tim sukses baik dari TKN 01 dan BPN 01 sudah mempersiapkan strategi-strategi pemenangan calon presiden mereka. Isu-isu politik baik yang berupa opini negatif bahkan berita-berita hoaks seakan tiada henti mewarnai pemberitaan di media sosial maupun media online.
Hal ini semakin diperburuk dengan tidak terkontrolnya media sosial dalam menanggapi banyaknya kesimpangsiuran informasi di masyarakat. Masyarakat menjadi konsumen berita yang mendapat dampak paling parah, dikarenakan filter informasi sudah menipis dan semakin rendahnya minat baca dan klarifikasi terhadap suatu berita di masyarakat.
Kedua calon presiden sebenarnya memiliki hubungan yang baik, bahkan keduanya memiliki tujuan yang sangat mulia untuk menegakkan demokrasi dan meneruskan pembangunan bangsa ini. Kondisi sebagian simpatisan yang seringkali memperburuk suasana sosial, dengan memberikan opini-opini yang menyesatkan dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
Ketika kritik dan hinaan menjadi sesuatu yang tidak jelas batasnya, maka aib kedua calon diumbar menjadi konsumsi publik. Bahkan aib yang tidak terjadi akan tetapi dikarenakan menjadi pembicaraan yang viral maka seakan menjadi sebuah aib yang benar-benar terjadi. Menemukan aib bahkan menjadi hal yang membahagiakan ketika menjadi “peluru” untuk merontokkan kredibilitas salah satu calon presiden.
Kata kata seperti VIRALKAN atau SEBARKAN, seakan menjadi penyemangat untuk menyebarkan aib-aib tersebut tanpa kita melakukan klarifikasi secara pribadi terhadap kebenaran suatu berita.
Terkadang kita terlupakan jika berita aib tersebut menyangkut orang-orang yang kita sayangi dan disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Sementara aib tersebut masih sekedar isu atau kabar burung yang belum terbukti kebenarannya.
Agama Islam selalu mengajarkan agar kita melakukan tabayun terhadap sebuah informasi yang belum jelas kebenarannya. Bahkan dalam ilmu hadits kita mendapati adanya hadits yang shohih dan juga dhoif. Sumber informasi menjadi peranan yang penting untuk menentukan kebenaran suatu berita, sebagaimana posisi seorang perawi hadits terhadap haditsnya.
Bagi yang menyebarkan ketika hal tersebut menjadi viral akan tetapi ternyata menjadi fitnah, ucapan kata maaf seakan begitu mudah. Tanpa memikirkan kondisi orang yang telah menerima akibat dari fitnah tersebut.
Islam mengajarkan begitu mendasar bagaimana memahami sebuah kabar yang beredar. Bagaimana hukumnya jika ikut dalam menyebarkan fitnah atau bahkan kita menjadi pembuat fitnah tersebut. Janganlah pemilihan presiden ini menjadikan kita menjadi orang yang merugi, dikarenakan urusan dunia untuk 5 tahun menjadikan diri kita menjadi orang yang dholim pada diri sendiri, orang lain, bangsa dan agama.