WARGASERUJI – Hembusan angin sore semilir meniup dedaunan di taman bunga yang indah penuh warna warni. Wajah bingung penuh kebimbangan seorang pria menatap jauh melihat seorang wanita sedang bergurau dengan anak-anaknya.
“Maafkan aku istriku, aku terjebak dalam dilema akibat kebaikanku dalam bersosial. Aku Terlibat perasaan dengan orang yang ada dalam kegiatanku” , bisik lirih Abdul.
Abdul adalah seorang penggiat kegiatan sosial yang sangat dermawan. Meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkannya. Kali ini dia terlibat akan kebimbangan antara rasa mengayomi dan kewajiban sebagai kepala keluarga.
“Ayo mas, kita pulang. Taman sudah panas dan tidak baik untuk anak anak”, terdengar istrinya menyapa lembut.
Berjalan penuh tawa ceria Abdul dan keluarganya menuju mobil kesayangan mereka. Mereka sebuah keluarga yang mengawali ekonomi dari kondisi sangat minim dan bahu membahu untuk membangun ekonomi keluarga. Keluarga penuh kemesraan dan keharmonisan, bahkan menjadi contoh bagi lingkungannya. Keluarga dengan kondisi agama yang bagus dan ekonomi yang kuat bahkan mampu menjadi penggerak di lingkungan tempat tinggalnya.
“Mas, aku merasa nyaman bersamamu. Mas adalah seorang yang baik dan teladan dalam keluarga. Aku sangat mendambakan pendamping sepertimu yang mampu jadi imam bagiku dan keluarga”, kata Dian seorang wanita yang hidup bersahaja bersama seorang anaknya.
Dian adalah seorang wanita mapan dan bertanggung jawab dengan ekonomi keluarga. Bahkan terkadang menjadi pergunjingan para ibu-ibu karena paras dan kepribadiaannya yang kuat dan baik. Ringan membantu siapapun dalam lingkungannya jika mengalami kesulitan. Abdul berinteraksi dengan Dian untuk kegiatan sosial yang melibatkan keduanya bersama sama.
Tapi kini keduanya terlibat dalam rasa saling membutuhkan untuk saling melindungi dan menjaga. Dimata tetangga mereka terlihat biasa dan sebagaimana orang orang dalam bermasyarakat.
“Dian, aku ingin menjagamu dan jadi imammu, tapi aku ingin cara yang baik dan halal”, kata Abdul.
“Mas, aku juga ingin jadi makmummu. Tapi aku ingin dengan cara baik dan halal. Aku juga sangat segan sama istrimu, istrimu sangat baik pada semua orang disini. Bahkan istrimu menjadi idola bagi lingkungan”, jawab Dian.
Terdiam keduanya dalam hening.
Abdul menarik nafas panjang dan berjalan meninggalkan Dian dalam kegalauan. Banyak lamaran dia tolak karena berharap akan berjodoh dengan Abdul. Dan Abdul bukanlah orang yang mudah jatuh cinta pada lawan jenis.
Suatu malam terdengar suara ambulance berhenti di depan rumah Abdul. Sesosok jenazah seorang pria tergeletak akibat kecelakaan di jalan tol.
Istri Abdul tampak histeris melihat jasad suami tergeletak dengan senyum tipis. Senyum seorang pria yang mampu meletakkan kesetiaan dalam kebaikan.
Air mata tampak menetes di sudut mata istri Abdul, saat melihat tulisan format pdf dalam laptop kesayangan suaminya.
Bagaimana suaminya berkisah tentang kebanggaan akan istrinya yang bersama-sama membangun keluarga dari nol. Menghadapi cibiran tetangga bahkan temannya karena memilih hidup dengannya. Istri Abdul adalah seorang janda yang ditinggalkan suaminya.
Bahkan tetes mata makin deras saat membaca bagaimana Abdul mampu menahan diri untuk ijin berpoligami pada istrinya, dikarenakan sangat sayang istrinya. Sedangkan Dian adalah wanita solehah yang kuat ibadahnya, meminta Abdul untuk meminta ijin pada istrinya untuk menikahi dirinya.
Berlari istri Abdul ke rumah Dian, memeluk dengan kuat Dian dengan cucuran air mata.
“Dik, kenapa tidak kamu katakan dari awal. Aku melihat Abdul sangat berjuang untuk keluarga tak kenal waktu. Aku bahkan terkadang heran dengan kekuatan fisiknya dalam bekerja untuk keluarga” kata Istri Abdul.
“Maaf mbak, kami sangat takut menyakiti hatimu, merusak keharmonisanmu. Aku juga wanita tak rela dikhianati dengan sembunyi-sembunyi. Sekarang mbak, mari kita doakan mas Abdul diterima segala amal ibadahnya. Dan semoga kesalahan yang pernah dilakukan diampuni oleh Allah Swt. Semua telah terjadi, mari kita ambil hikmahnya”, kata Dian.
Esok paginya Dian dan istri Abdul bersama sama ziarah ke makam Abdul.
Abdul sudah istirahat dengan tenang, menyimpan kesetiaan dan kebaikan dalam hidupnya. Dian dan istri Abdul mengenang semua masa masa indah saat dalam keluarga dan berinteraksi dalam kegiatan sosial.