Ringkasan kajian Fiqhunnisa. Yang disampaikan oleh penceramah Ustadzah Estifa. Kajian bertempat di Masjid Jenderal Soedirman yang beralamat di jalan Gatot Subroto, Purwokerto, Banyumas. Diringkas oleh Ismayanti Apriani.
Diantara tujuan pernikahan adalah menyatukan dua keluarga besar yang awalnya bukan siapa-siapa. Seiring berjalannya waktu, sering timbul ketidakcocokan antara mertua dan menantu.
Ada beberapa kisah tentang hal itu:
Kisah 1
Ada seorang wanita yang bernama Uraynab. Dia menikah dengan laki-laki bernama Yazid. Dari awal pernikahan, Yazid membawa Uraynab ke rumahnya dan hidup bersama orang tuanya. Hari pertama, Uraynab berada di sana terasa indah. Hari kedua, orang tuanya mulai mengatur. Uraynab menerimanya dengan sakit hati, sehingga muncul ketidakcocokan antara Uraynab dengan mertuanya. Akhirnya, Uraynab meminta kepada Yazid untuk pindah rumah. Yazid menjawab, “Mana mungkin kita pindah. Aku tidak punya harta untuk membelikanmu rumah, lalu ibuku sendirian. Dia sudah tua dan dalam keadaan sakit pula. Bagaimana mungkin aku akan meninggalkan ibuku?.” Karena hal itu, Uraynab menjadi marah terus menerus. Yazid kebingungan karena istrinya terus mengeluhkan tentang ibunya, begitu pula sebaliknya. Suatu saat, Uraynab berpikir bagaimana caranya untuk membunuh mertuanya. Kemudian dia datang ke seorang tabib, Uraynab meminta obat racikan kepada tabib untuk membunuh mertuanya.
Tidak lama kemudian, sang tabib memberikan minuman kepada Uraynab untuk mertuanya. Namun, tabib mempunyai syarat kepada Uraynab. Tabib itu berkata, “Kau ingin obat ini manjur? Maka turuti syarat dariku. Kamu adalah menantu baru di rumah itu. Jika tetanggamu tahu, mertuamu tiba-tiba meninggal, maka sudah bisa dipastikan bahwa kau yang telah membunuh mertuamu. Supaya kau tidak diketahui, maka kau harus memberikan minuman ini sedikit demi sedikit kepada mertuamu selama sebulan. Kau harus patuh bila kau disuruh oleh mertuamu. Jika dia marah, maka bersabarlah. Ketika melihat mertuamu bekerja, maka bantulah. Setelah mertuamu meminum obat itu beberapa waktu, maka obat itu akan manjur.”
Uraynab segera pulang ke rumah dan melakukan apa yang tabib katakan. Setelah beberapa waktu, ibu mertuanya semakin baik kepada Uraynab. Hampir sebulan berlalu. Suatu hari, Uraynab mendengarkan apa yang dikatakan mertuanya pada seorang tamu yang datang berkunjung. Ibunya berkata, “Aku merasa beruntung mendapatkan menantu Uraynab, dia itu menantu yang shalihah dan menghargai aku.” Ketika Yazid pulang, ibunya berkata kepada Yazid “Kau harus cintai Uraynab, aku sangat menyayanginya.” Mendengar semua itu, Uraynab menangis dan menyadari kesalahannya. Ternyata, mertuanya sangat menyayanginya.
Seketika dia pergi menemui tabib untuk meminta obat penawar racunnya. Setelah Uraynab menceritakan semua, tabib itu berkata, “Tenang saja Uraynab, yang aku berikan padamu waktu itu hanya air putih saja.” Akhirnya Uraynab merasa lega.
Tabib itu melanjutkan bicaranya “Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kalau kaum itu tidak mengubahnya. Yang racun itu adalah otakmu, demikian juga dengan racun yang ada di hatimu.”
Kisah 2
Kisah Nabi Ibrahim yang pernah memerintahkan anak laki-lakinya untuk menceraikan istrinya.
Suatu ketika Nabi Ibrahim datang ke Mekkah untuk bertemu dengan Ismail. Sesampainya di rumah Ismail, beliau tidak bertemu dengan Ismail tetapi bertemu seorang wanita.
Beliau mengetuk pintu dan meminta air putih. Akan tetapi, wanita tersebut tidak memberikan air putih.
Kemudian beliau bertanya, “Dimana suamimu?.” Istri Ismail menjawab, “Dia sedang bekerja (berburu).”
Nabi Ibrahim bertanya lagi, “Bagaimana dengan rumah tanggamu?.” Ia menjawab, “Rumah tanggaku itu tidak ada kebahagiaan, serba kekurangan.” Ia tidak tahu yang datang adalah mertuanya.
Kemudian Nabi Ibrahim berpamitan dan menitipkan pesan untuk Ismail. “Tolong sampaikan salamku untuknya dan pesanku adalah tolong segera diganti palang pintunya.” Lalu beliau pun pergi.
Ketika Ismail pulang ke rumah dan mendapati aroma yang harum lalu ia bertanya kepada istrinya. “Wahai istriku apakah ada seseorang yang datang kesini?”
Istrinyapun menjawab ” Iya, tadi ada seorang bapak dengan wajah cerah dan berbau harum. Lalu istrinya menceritakan semuanya kepada Ismail tentang pembicaraannya dengan seorang bapak.
Kemudian Ismail berkata” Tahukah engkau istriku, yang datang itu adalah ayahku, Nabi Ibrahim. Dan maksud untuk mengganti palang pintunya adalah agar aku menceraikanmu.”..
Beberapa tahun kemudian Ismail menikah lagi. Nabi Ibrahim datang lagi untuk kedua kalinya ke rumah anaknya, Ismail. Beliau mengetuk pintu untuk meminta minum dan sedikit gandum.
Lalu wanita itu membuka pintu dan menjawab “Tidak ada”, lalu menyuruh beliau masuk. Kemudian ia menyuguhkan susu dan sepotong daging untuk beliau. Dalam hadits yang lain, ketika akan memasuki rumah, kaki beliau dibersihkan oleh wanita itu.
Lalu beliau bertanya, “Dimana suamimu dan bagaimana rumah tanggamu? ”
Wanita itu menjawab, “Suamiku sedang bekerja dan alhamdulillah rumah tanggaku bahagia. Aku tidak pernah kekurangan. Aku bersyukur memiliki suami seperti Ismail.”
Nabi Ibrahim pun pamit “Sampaikan salamku untuk suamimu dan pesanku padanya tolong kokohkan palang pintunya.”
Ketika Ismail pulang ke rumah, kemudian bertanya kepada istrinya, “Apakah ada orang yang datang?” Istrinyapun menjawab “Ada, Suamiku” Lalu ia menceritakan kedatangan seorang bapak. “Beliau menitipkan salam untukmu, Suamiku dan beliau berpesan untuk menjaga dan mengkokohkan palang pintunya. Ismail berkata: “Beliau adalah ayahku, Nabi Ibrahim. Makna dari mengkokohkan palang pintunya adalah agar aku menjadikanmu istri yang baik untuk dipertahankan.”
Cara menantu wanita untuk meraih cinta mertua adalah dengan mencintai suami. Bukti mencintai suami adalah mencintai apa-apa yang dicintai suaminya.
Seorang wanita setelah menikah akan menjadi hak atau milik suaminya, sedangkan lelaki setelah menikah, ia akan tetap menjadi milik orang tuanya.
Pelajaran dari kisah Uraynab dengan mertuanya dan kisah Nabi Ibrahim dengan menantunya adalah jangan menuntut mertua berubah tanpa kita yang berubah terlebih dahulu.
Allah berfirman dalam QS. Ar Ra’du:11, dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu mengubah keadaan diri mereka sendiri.
Sudah Sunatullah bahwa setiap istri, suami, dan mertua pasti mendapatkan ujian.
Apalagi suami yang mendapatkan curhat istrinya tentang mertuanya seperti ini seperti itu. Kemudian suami dapat cerita dari ibunya bahwa menantunya seperti ini seperti itu. Jadi sebenarnya dalam hal ini ujian suami menjadi lebih berat.
Sikap mertua terhadap menantu:
- Sayangi menantu sebagaimana menyayangi anaknya sendiri.
Jika tidak ada rasa itu, maka setan akan membuka peluang lebih banyak kecurigaan dan lain lain. Jika menantunya laki-laki, maka sering dipuji menantunya tersebut (jika memang benar). - Hargai menantu.
Misal menantunya laki-laki maka dipanggil mas. menghargai pendapat dan juga kerja kerasnya. - Berikan ruang kepada anak dan menantunya, jangan terlalu banyak intervensi.
Jangan sampai mertua yang mengelola keuangan. Hal itu tidak benar, ini banyak yang tidak disadari orang tua. Yang ada nanti anak dan menantunya tidak dewasa dan mandiri. Maka lebih baik, carilah kontrakan agar tidak terlalu diintervensi mertua. - Ibu jangan terlalu kepo ke anak perempuannya.
Misal: Suamimu sayang gak ke kamu?, Suamimu gajinya berapa? Pertanyaan yang intinya, ibunya banyak kepo dengan rumah tangganya sehingga nanti yang ada dia sering curhat ke orang tua. Maka, jangan mudah curhat ke ibunya. Jangan kau libatkan orang tua dengan rumah tanggamu karena orang tua pasti akan membela anaknya dan malah akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Misal orang tuanya memerintahkan anak agar berpisah dengan pasangannya. - Hormati pendapat menantunya.
Misal, setiap anak mau usaha, orang tua memberi solusi kepada anaknya untuk bertakwa kepada Allah, maka usahamu akan berkah. InsyaAllah. - Silaturrahim dengan keluarga besar menantunya (besan).
Buang racun dalam pikiran berupa prasangka buruk karena prasangka itu yang akan muncul. Maka dari itu, munculkan persangkaan yang baik. Cari tahu kesenangan menantunya agar tercipta kebahagiaan dalam rumah tangga anaknya. - Perhatian terhadap menantu.
Misal menantunya adalah laki-laki. Seyogyanya mertua bertanya, “Bagaimana kerjaanmu di kantor, Mas?” atau “Makasih ya Mas, telah bersusah payah kerja untuk menafkahi anakku.” - Tidak boleh membandingkan satu menantunya dengan menantunya yang lain, harus diperlakukan sama.
- Mertua tidak boleh membuka aib menantunya kepada orang lain, karena belum tentu orang yang diceritakan itu amanah.
- Selalu mengingatkan kepada agama.
- Mendekatkan menantunya ke keluarga-keluarga nya yang lain, dikenalkan ke keluarga besar mertua dari menantu tersebut.
- Memperlakukan menantunya dengan baik sebagai anaknya sendiri.
Di dalam QS. Al Isra'(17) ayat 7 dijelaskan:
in ahsantum ahsantum lianfusikum, wa in asa’tum falaha
Yang artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri
Jaman pasti bergulir. Jika sekarang kita jadi menantu, maka besok kita jadi mertua. Oleh karena itu, posisikan diri kita di sisi yang lebih objektif. Jika akan berumah tangga, buka usaha, dan lain-lain maka berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Maka dari itu, jadikan anak-anak kita anak yang shalih atau shalihah. Jika berbekal takwa, maka rumah tangga ataupun usaha yang dijalani akan baik pula.
Orang shalih akan mendapatkan orang shalih. Orang yang buruk akhlaknya akan mendapatkan orang yang juga buruk akhlaknya. Allah telah memberi perumpamaan:
1. Ada istri yang baik mempunyai suami yang buruk . Contoh: Asiyah dan Fir’aun.
2. Ada istri yang buruk dengan suami yang shalih. Contoh: Nabi Nuh dengan istri dan anaknya, serta Nabi Luth dan istrinya.
3. Ada suami dan istri yang baik. Contoh: Nabi Ibrahim dan istrinya, Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam dan istrinya.
4. Ada suami dan istri yang buruk. Contoh: Abu Lahab dan istrinya, yang diibaratkan dalam QS. Al Lahab, istrinya sebagai pembawa kayu bakar.
Ujian yang menimpa kita, itu sebuah cara untuk Allah menaikkan derajat kita. Maka, yakinlah Allah pasti memberi jalan keluarnya.
Pertanyaan dari jamaah :
1. Mertua yang tidak sholat dan percaya pada hal takhayul, suaminya juga percaya takhayul. Itu bagaimana Ustadzah?
Jawab: Sabar. Bisa jadi ini kesalahan kita, dari awal tidak melibatkan Allah dalam memilih suami dan keluarganya. Langkah selanjutnya adalah bertaubat kepada Allah, sampai suami yang berubah. Ingat jangan menuntut perubahan suami, sebelum kita sebagai istri yang berubah menjadi lebih baik.
2. Mertuaku selalu membandingkan aku dengan teman wanita suamiku yang sepertinya lebih pintar.
Jawab: Mertuanya ikut ngaji nggak, Bu? Jika ikut, semoga sepulang kajian ini nanti, bisa berubah. InsyaAllah. Jika tidak ikut ngaji, maka ajak mertua ngaji supaya paham ilmunya dan merasakan bahwa jika dibandingkan itu rasanya tidak enak. Jika dalam rumah tangga ada yang diuji, misal dari sisi suami dan sebagainya, maka istri yang shalihah akan mengingatkan suaminya. Semua itu, bisa jadi karena suami durhaka kepada orang tuanya. Pembuka kunci keberkahan dalam rumah tangga adalah berbakti dan sayang kepada orang tua.