Duka saudara-saudara kita di Nusa Tenggara Barat belum usai, kita sudah dihadapkan pada bencana yang menimpa saudara-saudara kita di Sulawesi. Pernahkah kita bertanya dalam hati kita tentang fenomena alam ini? Kenapa ini bisa terjadi?
Tsunami adalah bencana yang luar biasa yang sebenarnya bukanlah secara tiba-tiba, melainkan ada penyebabnya. Walaupun kita tidak bisa “lari” dari tsunami, tapi kita dapat meminimalkan kerusakan dan korban jiwa yang banyak.
Tsunami yang mengorbankan ratusan bahkan ribuan nyawa penyebab salah satunya adalah kurang persiapan dini untuk menghalangi tsunami. Persiapan-persiapan yang dimaksud adalah pelestarian ekosistem yang ada pada atau sekitar laut. Apabila ekosistem tidak dipelihara dengan baik, maka tentu saja jika tsunami datang akan dapat menghabiskan banyak korban lagi.
Kita sebagai penghuni bumi, sudah menjadi kewajiban kita untuk segera bertindak melakukan sesuatu guna mencegah banyak kerusakan saat datangnya tsunami. Apa yang harus kita lakukan?
Pemeliharaan ekosistem menjadi poin utama yang sangat penting dalam program penanganan bencana jangka panjang di lokasi bencana. Salah satu ekosistem yang dimaksud adalah berupa pelesatarian pohon kelapa dalam jumlah yang sangat besar. Pohon kelapa selain dapat dijadikan sebagai minuman dari hasil buahnya atau bahan makanan lain yang menyehatkan juga bisa berfungsi sebagai penopang yang kuat. Pohon kelapa adalah salah satu pohon yang kuat karena mempunyai akar yang kokoh. Pohon kelapa ini juga dapat menjadi penghalang tsunami bila datang. Namun sayangnya, pohon kelapa di sekitar pinggir pantai kurang mendapatkan perhatian, sehingga ketika sudah diambil manfaatnya, dibiarkan begitu saja. Banyak pohon kelapa tidak dipelihara dengan baik bahkan cenderung tidak dilestarikan. “Negative Campaign” terhadap pohon kelapa telah membutakan kita tentang ribuan benefit dari pohon kelapa. Bahkan saat ini kebun kelapa sudah hampir punah di sekitar pantai. Oleh karena itu, menanam pohon kelapa sebanyak-banyaknya adalah salah satu alternatif untuk bisa menghalangi air besar ke daratan.
Mari kita kampanyekan penanaman 1 juta bibit pohon kelapa dalam radius daerah yg dekat dengan pantai khususnya. Walaupun demikian, pohon kelapa dapat tumbuh subur pada area dangan ketinggian tidak lebih dari 500 dpl.
Taukah kita bahwa dalam 10 Hektar kebun kelapa itu dapat mensejahterakan ratusan keluarga di sekitar kebun? Ini dapat menjadi program recovery jangka panjang bagi korban bencana di NTB dan Sulawesi. Peningkatan nilai ekosistem itu berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Ini yang sering luput dari kehidupan kita. Ketertarikan kita pada investasi properti lebih besar daripada investasi di bidang perkebunan. Kenapa? Karena masyarakat umumnya belum paham tentang sejuta manfaat berkebun kelapa.
“Man Yazro Yahsud”
(Siapa yang menanam akan menuai).
Apa yang kita tanam di sekitar kita? Sudahkah kita peduli dengan ekosistem di sekitar kita? Jika kita menanam bibit kelapa maka kita akan merasakan hasil panen kelapa yang berlimpah dan berkah.
“Man Shobaru Zhafira”
(Siapa yang bersabar akan beruntung).
Kita harus bersabar dalam mengelola kebun dalam rangka pemeliharaan ekosistem. Manfaat dari berkebun akan memberikan keuntungan berupa keberkahan dari Allah.
“Man Jadda Wajadda”
(Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil).
Apakah kita serius dalam treatment pasca bencana? Adakah program pemeliharaan ekosistem di dalamnya?
Percayalah! Keuntungan berlipat ganda akan didapat pada program ini. END
#PohonKelapaPenghalangTsunami
Penulis:
Kang Suhe
Member of The Green Coco Island Community
Hp. 081281760181
WA. 0818655471
<!