SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Tahun 2018 Waktu Tepat untuk Ajang Jodo, kenapa?

Tahun 2018 Waktu Tepat untuk Ajang Jodo, kenapa?

Bulan maret sudah mulai berakhir, eh ternyata setelah saya hitung ada sekitar 7 undangan pernikahan dibulan ini. Luar biasa bulan Maret 2018 ini banyak sekali yang menghalalkan hubungan.

 

Bulan Maret ini harinya termasuk panjang ada 31 hari ditanggalan, lalu kenapa 2018 di bulan maret atau bulan-bulan setelahnya sangat tepat untuk ajang jodo, bagi kawan yang jomblo atau yang sudah berpasangan juga sangat boleh menyimak uraian selanjutnya.

 

Kata Politikus tahun 2018 adalah tahun politik “Looh..kok politik, apa hubungannya?,” sebentar ya bos, disimak dulu aja. Sebenarnya saya akan membahas tentang judul diatas tentang ajang jodo.

 

Bagi kawan-kawan yang aktif di medsos terutama twitter mungkin sudah mengerti mengenai ajang jodo ini. Istilah ajang jodo yang dimaksud adalah asal jangan Joko Widodo. Hashtag ajang jodo terkadang menjadi tandem hashtag 2019 ganti presiden, tapi kalah populer.

 

Lalu siapa yang pas kira-kira di ajang Jodo ini?. Sudah hampir pasti elclasico akan terjadi, pertarungan Jenderal Prabowo dan Presiden Jokowi akan kembali digelar tahun 2019 nanti.

 

Untuk melengkapi formasi di ajang jodo, sejumlah nama digadang untuk menjadi pendamping Jenderal Prabowo. Nama-nama tersebut diantaranya Jenderal Gatot, TGB, Kang Aher, Prof Yuzsril, Ketua MPR Zulkifli Hasan.

 

Dari realitas politik nampaknya Kang Aher lebih berpeluang, dikarenakan memiliki kendaraan politik yaitu PKS. Faktor lainnya Aher Heryawan juga merupakan Gubernur yang berprestasi, banyak penghargaan yang sudah diperolehnya. Selain itu dia juga Ulama dan hafidz Qur’an seperti TGB.

 

Dibanding calon-calon lainnya  Kang Aher ini, memang kalah disisi aura selebritisnya untuk jadi Cawapres. Itu mungkin menjadi tugas PKS untuk meng-endorse kalau benar-benar mencalonkan Kang Aher.

 

Lalu bagaimana dengan prof yusril dan Pak Zul yang juga memiliki kendaraan politik. Sebenarnya untuk Prof Yusril sering menang poling di twitter jika dipasangkan dengan Pak Prabowo, akan tetapi Partainya tidak memiliki persen suara yang bisa menambah atau mendukung Presidential treshold.

 

Sementara Pak Zul yang merupakan politisi PAN, kalau dari segi hitung-hitungan politik PAN sudah ambil jatah Cawapre di 2014 gantian sekarang PKS yang ambil seandainya benar nanti satu koalisi dan saling berhitung hak koalisi.

 

Beberapa waktu yang lalu sejumlah media memberitakan bahwa Habib Rizieq dan beberapa ulama menghimbau supaya diadakan Koalisi antara Gerindra, PKS, PAN dan PBB. Himbauan tersebut disambut baik oleh para petinggi partai dan akan ditindak lanjuti.

 

Seandainya nanti telah terjadi koalisi seperti 4 partai diatas dan terjadi komunikasi dengan para ulama yang merepresentasikan ummat, peluang Capres dan Cawapres non partai pun bisa saja terjadi. Jenderal Gatot cukup memiliki peluang besar sebagai Capres atau Cawapres diluar partai.

 

Untuk TGB akan lebih sulit karena beliau terikat dengan Demokrat, kecuali beliau keluar Demokrat atau membawa gerbong koalisi  Demokrat dengan 4 partai tadi diatas. Menurut saya kemungkinan ini sangat sulit kecuali terjadi pembicaraan politik tinggi yang sangat baik. Sungguh di sayangkan harapan ummat terhadap TGB sangat tinggi untuk menjadi Capres atau Cawapres mendatang.

 

Itulah kerumitan mencari ajang jodo, kegamangan dan kegalaun terus terjadi. Menimbang, menilai mencari chemistry persis mencari Jodoh (eh). Tapi yang namanya Jodoh pasti bertemu.

 

Sebagai rakyat biasa hanya bisa berharap dan berdo’a akan ada pasangan Capres dan Cawapres terbaik yang akan membawa Indonesia damai, maju dan makmur. Dan bagi kawan-kawan milenial jangan asal pilih, ikutilah petunjuk para Ulama terpercaya.

 

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER