SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Politik Diam-diam atau Diam-Diam Berpolitik ?

Politik Diam-diam atau Diam-Diam Berpolitik ?

Musim kampanye telah berlangsung, sulit rasanya untuk tidak ngomong tentang masalah politik apalagi bagi yang aktif di media sosial. Hal ini wajar karena mau tidak mau kita sebagai objek dan sekaligus bisa menjadi subjek dari politik itu sendiri.

Ada beberapa tokoh yang dahulu terlibat politik praktis, aktif menyatakan dukungan (Timses) terhadap calon A,B,C dan sekarang memilih untuk menyatakan netral. Ada pula beberapa tokoh yang dari dulu memang konsisten tidak menyatakan memilih dan mendukung secara terbuka salah satu calon.

Banyak alasan tokoh-tokoh ini untuk menyatakan netral. Beberapa Kemungkinan alasannya menjaga pertemanan, persaudaraan, menjaga kolega dan investor bisnis.

Ada juga karena berkaitan dengan kontrak pekerjaan. Bagi kalangan pemuka agama yang saat ini menyatakan netral alasan mereka untuk menjaga keutuhan dan ketenangan ummat walaupun ada banyak juga pemuka agama yang terbuka menyatakan dukungan terhadap salah satu calon dan itu syah syah saja.

Apakah para tokoh tadi benar-benar netral? tentu saja tidak, mereka tetap memiliki kecenderungan untuk memilih salah satu calon. Kecenderungan bagi tokoh atau pemuka agama akan terlihat melalui ceramah-ceramah mereka.

Bagi kami yang beragama Islam ada perintah bagaimana seharusnya memilih pemimpin yang baik sesuai ajaran kitab suci. Saya kira ini ada juga di dalam ajaran kitab suci agama lain.

Tugas dari pendakwah atau pemuka agama menyampa-ikan ajaran dari kitab suci termasuk bagaimana memilih seorang pemimpin denga kriteria yang baik. Ini yang saya sebut politik tersirat atau politik diam-diam.

Kemudian ada beberapa katakanlah tokoh dan ahli non pemuka agama, yang menyatakan tidak memihak secara terbuka (netral) akan terlihat kecenderungan keberpihakan melalui tulisan dan komentar mereka di media sosial.

Biasanya tokoh ini lebih cenderung permisif atau persuasif pada isu menyangkut calon yang sebenarnya didukung tetapi reaktif dan cenderung represif terhadap calon yang sebenarnya tidak didukung. Kemudian mereka akan menggiring opini melalui tulisan dan komentar mengenai calon yang mereka dukung, atau mereka akan terlihat menyudutkan (kritik) melalui tulisan dan komentar terhadap calon yang sebenarnya tidak mereka dukung.

Untuk kasus yang kedua ini saya boleh menyebutnya diam-diam berpolitik, mendukung salah satu calon tapi tidak ingin terlihat vulgar. Hal ini dilakukan biasanya untuk menjaga persaudaraan, pertemanan, terutama rekan bisnis.

Biasanya kepada tokoh yang diam-diam berpolitik ini netizen selalu aktif untuk berkomentar pedas atau bahkan sampai membully. Itulah resiko bagi tokoh yang memilih bersikap di area abu-abu menurut netizen, walaupun ada juga tokoh yang ingin menempatkan diri untuk bersikap objektif dalam menanggapi suatu isu di media social.

Politik diam-diam dan diam-diam berpolitik sebenarnya boleh-boleh saja, Yang tidak boleh ketika berposisi sebagai penegak hukum dan penyelenggara pemilu yang diam-diam berpolitik

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER