Isu yang dilempar oleh petahana selama satu bulan terakhir ini terlihat receh dan kurang substantif, tapi anehnya kubu Prabowo selalu terbawa arus ikut menari. Seharusnyalah tim Prabowo cukup belajar dari kasus hoax Ratna, yang menyita tenaga dan waktu untuk bernarasi yang lebih berisi.
Kalau oposisi terus terlihat terbawa narasi lawan, kemungkinan isu-isu receh yang lain akan muncul. Bisa jadi nanti akan muncul juga wewe gombel dan sebangsanya atau nama-nama yang sebenarnya tidak penting dalam perpolitikan.
Gudang amunisi oposisi sebenarnya sangat lengkap untuk untuk menyerang petahana dari segala sisi. Untuk isu ekonomi dan hukum saja jika dikelola dengan baik dan masif sudah sangat mematikan lawan.
Perlu diakui memang, peran media mainstream untuk mengangkat isu-isu receh dalam dialog-dialog yang digelar berhasil meredam isu yang jauh lebih penting.
Mengamati acara debat di beberapa stasiun televisi swasta kemarin, ada jubir oposisi sudah pada tracknya dan beberapa masih belum pada tracknya. Tim prabowo mungkin secepatnya perlu penataan jubir yang lebih siap dan matang sehingga tim debat yang dikirim benar-benar menguasai masalah atau sesuai keahlian. Untuk dapat memenangkan opini publik terutama di kalangan terdidik dan pengguna medsos harus mutlak seorang jubir benar-benar tahu dan menguasai masalah, Sehingga substansi solusi dari masalah akan tercapai.
Perlu disadari setelah memenangkan pertarungan di medsos dan acara-acara debat yang digelar lantas tak otomatis akan mengangkat suara atau memperoleh suara tambahan.
Bagi pemilih di daerah terutama bukan aktif pengguna medsos dan mempunyai pendidikan yang terbatas perlu treatment yang beda untuk menggaet suara mereka. Untuk merebut suara pemilih saat ini yang paling efektif memang harus berani terjun sampai tingkat RT/RW.
Pemilih di daerah sebenarnya mempunyai kecenderungan bukan pemilih idealis. Saya ambil contoh di daerah pemilih basis PDIP Jawa Tengah (penulis lahir dan besar di Klaten) rata-rata para pemilih akan lebih peduli terhadap calon yang berani melakukan kontrak politik dengan mereka, tak peduli dari mana partainya.
Seandainya koalisi partai pendukung Prabowo benar-benar solid, sebaiknya memang bekerjasama dengan para caleg dari partai pendukung untuk bisa terjun sampai tingkat RT/RW. Disini para caleg menyampaikan program kerja mereka yang nyambung tentunya dengan visi-misi Pilpres. Kalau dimungkinkan bisa dilakukan kontrak politik satu paket Caleg dan Pilpres.
Kalau ini sudah dilakukan potensi menang besar akan diraih oposisi, tapi jangan sampai kalah cepat dengan para caleg tim lawan.
Setelah semua bisa berjalan bersinergi antara timses Prabowo, relawan dan elemen koalisi sesuai tupoksinya, kita bisa abaikan survei LSI Denny JA dan lembaga survei lain yang sebenarnya sudah tidak terlihat valid serta terkesan ngawur kalau bercermin pada Pilkada kemarin.