SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

“Sentilan Ulama” Buat Politikus Pemain Kata

“Sentilan Ulama” Buat Politikus Pemain Kata

ILC TV One yang ditayangkan pada hari Selasa, 07 Agustus 2018 dengan mengangkat tema tentang UstadzĀ  Abdul Somad untuk menjadi Calon Wakil Presiden pada pilpres 2019 benar-benar membuat pemirsa dapat melihat dengan jelas bagaimana para ulama menyentil para politikus pemain kata.

Bagaimana debat yang memanas pada acara tersebut antara politikus PDI-P dan politikus PAN dan ditengahi oleh Ustadz Abdullah Gymnastiar dengan nada lemah lembutnya. Ulama dengan sikap lemah lembut tetapi tegas dapat merendahkan tensi pembicaraan yang sudah meninggi.

Ulama sebagai para pewaris Nabi tentunya harus dapat memberikan suri tauladan bagi umat dan juga memberikan suri tauladan yang baik juga, sehingga umat mampu meneladani bagaimana bersikap yang baik sebagai umat yang beragama.

Sikap Ustadz Abdul Somad yang dalam beberapa tayangan secara gamblang dan jelas menolak akan pencalonannya tentunya juga menjadi sikap yang patut diberikan apresiasi positif terlepas dari pro dan kontra atas keputusan tersebut. UAS betul-betul memahami bahwa menjadi seorang calon wakil presiden adalah amanat yang sangat berat meskipun beliau sebagai warga negara memiliki hak untuk mengambil kesempatan tersebut.

Sikap tersebut juga merupakan sebuah “sentilan” yang keras ketika para politikus baik oposisi maupun pro pemerintah berlomba-lomba dengan berbagai cara bahkan dengan mudah melakukan permainan kata agar dirinya dipilih untuk maju sebagai cawapres. Ketika politikus menyebut sebagai “panggilan negara” untuk maju menjadi cawapres, maka ulama akan menganggap sebagai amanat yang berat yang selain dipertanggungjawabkan didunia juga di akhirat nanti.

Peran ulama sangat besar baik dalam perjuangan merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan bahkan mengisi kemerdekaan bangsa ini. Bagaimana seorang KH Abdurrahman Wahid yang menerima amanat sebagai Presiden Republik Indonesia merupakan seorang ulama. Bahkan ketika beliau berhenti dari jabatan tersebut dapat melakukannya dengan legowo dan ksatria.

Mereka begitu menyadari akan posisi mereka dalam perpolitikan bangsa ini. Jabatan politik barangkali dimaknai sebagai “sampiran” di bahu mereka, sehingga menyadari bahwa semua ini adalah amanat dan akan diambil kembali amanat tersebut oleh pemberinya.

Semoga Allah Swt selalu memberikan kekuatan dan rahmat Nya kepada para ulama-ulama di negeri ini agar selalu istiqomah dalam menegakkan hak dan menghancurkan yang batil di negara ini.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER