Hubungan kedua negara RI dan Malaysia sudah sejak lama pasang surut. Berbagai upaya di berbagai bidang selalu dilakukan untuk memperbaiki kualitas hubungan ini.

Penulis mendapat undangan sebagai Pembicara bagi Persidangan Malaysia – Republik Indonesia 2018, anjuran Institut Antarabangsa Polisi Awam dan Pengurusan (INPUMA), Universiti Malaya, 5-6 Mac 2018 di Kuala Lumpur.
Dihadapan 300 peserta dari dua negara Penulis menyampaikan gagasan wakafprenuer.

Wakafprenuer merupakan semangat social enterprise yang dapat menjadi alternatif peningkatan hubungan kedua bangsa.
Selama ini sudah ratusan tahun bangsa Melayu sebenarnya secara geografis, etnis dan religiusitas saling dukung.
Secara adat budaya dan agama keduanya memiliki semangat berwakaf. Hanya saja tantangan kedepan adalah bagaimana mempersatukan potensi Wakaf ini dapat digarap generasi millenials serumpun.
Disinilah peran teknologi informasi dapat menjadi perekat dan meningkatkan kapasitas wakafprenuer. Hubungan people to people dimulai generasi muda serumpun dengan peer to peer project menggunakan fintech (financial technology).
Karena penggunaan smartphone sudah meluas bagi kalangan generasi muda serumpun maka wakafprenuer bisa dilakukan dengan program literasi Wakaf. Setelah literasi maka dilanjutkan menciptakan kreasi Wakaf produktif seperti yang sudah dilakukan oleh Johor Corporation.

Di negara bagian Johor bahkan inisiatif ini sudah lebih maju. Pemerintah setempat sudah memiliki berbagai usaha berbasis Wakaf produktif seperti klinik kesehatan hingga cabangnya merambah ke Indonesia.
Upaya wakafprenuer yang di Johor perlu ditingkatkan menjadi upaya serumpun. Tidak perlu harus dengan korporasi besar namun bisa dari pebisnis mula (Start Up) di kalangan muda serumpun.
Di Indonesia Wakaf uang sudah mulai populer sehingga kedua negara bisa sinergi membuat program bersama wakafprenuer.
Tidak mustahil potensi tanah wakaf di Indonesia yang lebih dari empat milyar meter persegi akan lebih produktif dengan tumbuhnya pebisnis wakafprenuer atas inisiatif serumpun.
Semoga kelak di Malaysia tidak hanya Johor negeri yang serius menggarap Wakaf produktif bersama Indonesia.

  • *Penulis adalah Pengurus BWI (Badan Wakaf Indonesia). Opini ini adalah tulisan pribadi.

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan isi komentar anda
    Masukan Nama Anda