Allah SWT berfirman : Laqad khalaqnal insaana fii ahsani taqwiim (Sungguh telah Kami jadikan manusia dalam bentuk yang seindah-indahnya).
Sejelek-jelek wajah manusia, masih lebih baik dibanding dengan sebaik-baik rupa binatang manapun di dunia ini.
Namun keindahan rupa manusia itu, tidak jarang yang justru nasibnya jauh lebih buruk dibanding nasib `masyarakat` binatang. Tentunya komunitas manusia yang merugi ini ditujukan kepada kaum yang kafir terhadap Allah, Rasulullah dan ajaran syariat kedunya.
Tsumma radadnaahu asfala saafiliin (Kemudian Kami turunkan derajatnya dengan serendah-rendah derajat). Ayat kelanjutan ini membuktikan bahwa ada kelompok manusia yang dijatuhkan derajatnya oleh Allah sampai batas terendah.
Sebagaimana maklum, jika ada manusia yang derajatnya adalah paling rendah-rendahnya derajat, maka pasti adalah penduduk kerak neraka yang paling dalam. Padahal tidak ada satupun riwayat yang mengatakan bahwa `masyarakat` binatang yang tidak beriman itu kelak akan disiksa di neraka. Jadi nasib binatang dalam bab ini tentu lebih beruntung dibanding para manusia itu sendiri.
Illal ladziina aamanuu wa`amilus shaalihaati falahum ajrun ghairu mamnuun (Kecuali orang-orang yang beriman -kepada Allah dan Raul-Nya- dan beramal shalih, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya).
Dengan demikian, sebaik-baik bentuk hanyalah sebuah dalil qurani yang hanya pantas disandarkan kepada umat Islam, karena di samping baik dalam rupa fisik, juga baik dalam hal keimanan, yang dapat mendorong mereka untuk menempati jannatun na`iim (sorga yang penuh kenikmatan).