Rahmatan lil alamin itu arti secara tekstual adalah, Rahmat bagi seluruh alam.
Saat ini seringkali terjadi kesalahpahaman beberapa kalangan dalam memahami istilah Islam Rahmatan lil alami. Semisal seorang muslim yang ikut hadir merayakan salah satu hari besar non muslim, atau mengikuti ritual keagamaan non muslim, lantas berdalil dengan istilah bahwa Islam itu adalah Rahmatan lil alamin.
Perlu diingat bahwa kalimat Rahmatan lil alamin ini adalah satu runtutan baris dalam ayat wama arsalnaka (tidaklah Kami (Allah) mengutusmu (Muhammad) kecuali (sebagai nabi yang): Rahmatan lil alamin.
Jadi, hakikatnya yang diangkat sebagai rahmatan lil alamin itu adalah figur Nabi Muhammad SAW. Bukan setiap figur orang Islam. Hal ini sesuai dengan QS. Al-Anfal :33, yang artinya:
Dan sekali-kali Allah tidak akan mengadzab mereka sedangkan engkau (Muahammad) berada di antara mereka, dan tidak pula Allah akan mengadzab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan memberikan azab di dunia bagi umat Nabi Muhammad SAW, melainkan ditunggu hingga datangnya hari kiamat. Hal tersebut merupakan bentuk rahmat dengan keberadaan figur Nabi Muhammad SAW bagi alam semesta termasuk terhadap orang kafir.
Berbeda dengan umat-umat Nabi terdahulu, bila ada yang kafir menentang nabinya, atau ada yang berbuat kemaksiatan, maka Allah akan langsung meturunkan azab. Seperti hujan batu, banjir, atau angin topan dan lain-lain.
Pendapat para ahli tafsir, seperti Assyeikh Muhammad bin Jarir Ath Thabari menyebutkan bahwa: rahmat yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mukmin maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahuanhu dalam menafsirkan ayat ini: Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar.
Jadi menurut Sayyidina Abdullah Ibnu Abbas, bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mumin maupun kafir. Rahmat bagi orang mumin yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah.
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Islam Rahmatan lil alamin adalah agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam, namun dengan batasan yang jelas, bukan berarti umat Islam dapat membaurkan diri dengan non muslim dalam segala aktifitasnya, termasuk bergabung mengikuti hari besar non muslim maupun menghadiri ritual ibadah non muslim.
Selain itu, Assyeikh Muahmmad Ali Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir menjelaskan bahwa Maksud ayat ini adalah Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk. Sebagaimana dalam sebuah hadits: Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan oleh Allah (HR. Al Bukhari).
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah Taala tidak mengatakan rahmatan lilmukminin, namun mengatakan rahmatan lil alamin karena Allah Taala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, yaitu Muhammad Shallallahualaihi Wasallam.
Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia.
Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya adzab bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa adzab berupa diubah menjadi binatang semacam kera, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air banjir.
Sy. Anas bin Malik RA berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Sesungguhnya Allah SWT tidak mengurangi kebajikan orang-orang mukmin. Ia diberi upah di dunia dan pahala di akhirat. Adapun kebajikan yang di kerjakan oleh orang kafir, balasannya hanya berupa rezeki di dunia saja. Di akhirat kelak,tidak ada pahala dari kebajikan (bagi si kafir). (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya apabila orang-orang kafir mengerjakan kebajikan di dunia, mereka memperoleh balasan amalnya itu berupa rezeki di dunia. Sebaliknya, bagi orang-orang mukmin, pahala kebajikannya disimpan Allah SWT untuknya di akhirat. Dan mereka tetap diberi rezeki di dunia sehubungan dengan taatnya. (HR. Muslim).
Dengan mengetahui makna hakiki Rahmatan lil alamin, maka jangan sekali-kali ada di kalangan umat Islam yang berdalil, karena Islam itu Rahmanatn lil alamin, lantas menghukumi bolehnya ikut hadir dalam ritual ibadah non muslim, atau ikut menyemarakkan hari besar non muslim, apalagi jika ikut menjaga keamanan rumah ibadah non muslim, seperti menjaga gereja di malam natal. Karena yang demikian itu hukumnya haram secara mutlaq.
Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”