Rupiah dalam beberapa hari ini terus menerus mengalami pelemahan terhadap US Dollar sehingga mencapai Rp 15.000. Pelemahan ini tentunya akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap industri perkayuan baik yang memiliki pasar ekspor dan lokal.
Bagi yang memiliki pasar lokal lebih memiliki beban berat dalam produksi maupun penjualannya. Hal ini biasanya semakin diperparah dengan minimnya serapan pasar terutama untuk proyek-proyek besar seperti hotel dan apartemen. Bahkan beberapa proyek biasanya melakukan re schedule untuk proses penyelesaian proyek yang berakibat pada rusaknya cash flow dari industri kayu dengan pasar lokal.
Secara produksi efek paling dominan terjadi pada pengadaan bahan-bahan kimia yang sebagian besar suplier menggunakan dasar harga US Dollar dan pembayaran dengan rupiah. Material kimia dipakai adalah material cat dan perekat/lem. Dengan pemakaian material tersebut tentunya imbasnya akan terasa pada biaya produksi yang semakin mahal.
Bagaimana dengan pasar ekspor?
Beberapa industri kayu sebagian masih melakukan impor material pendukung untuk produksinya seperti HPL dan Decosheet secara langsung dari negara produsennya. Hal ini tentunya akan juga sangat membebani biaya produksi.
Imbas terasa juga terjadi pada biaya kirim yang mengalami penambahan. Untuk perusahaan dengan sistem jual FOB tidaklah terlalu berpengaruh, sedangkan untuk penjualan dengan CIF ataupun CNF memiliki pengaruh yang cukup signifikan.
Perusahaan yang membuat kontrak panjang dengan negara importir produk kayu Indonesia memiliki keuntungan yang cukup besar secara akibat deviasi nilai dollar terhadap rupiah. Perusahaan tersebut biasanya membuat kontrak tahunan dengan nilai tertentu selama setahun untuk sejumlah produk.
Efek dari jatuhnya rupiah terhadap US Dollar harus dihadapi dengan berbagai cara. Efisiensi bahan baku dan tentunya pengembangan penggunaan bahan pengganti yang lebih murah dibandingkan barang impor. Peran pemerintah untuk mengembangkan industri secara menyatu dari hilir tentunya akan sangat membantu peran industri perkayuan untuk bertahan.
Pemerintah juga harus terus-menerus untuk melakukan pelarangan terhadap penjualan bahan baku atau semi jadi karena hal ini akan membuat harga bahan baku menjadi mahal. Dalam kondisi seperti ini banyak sekali importir bahan baku dari Indonesia berusaha untuk mendapatkan bahan baku langsung dari Indonesia yang tentunya menjadi semakin murah diakibatkan melemahnya nilai rupiah.