SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Merujuk Pasien ODGJ Dengan Hati bagian 2

Merujuk Pasien ODGJ Dengan Hati bagian 2

Pagi harinya kami mengulangi proses perujukan lagi, alhamdulillah proses kali ini lancar. Pasien ODGJ berhasil diajak dengan dibilangin mau diajak piknik. Senang sekali dia, pakai baju sampai rangkap tiga hehe dan memakai jilbab.

Mabk Retno, mas Heru dan pak Bayan mendapingi proses perujukan. Kebetulan pasien ODGJ belum memiliki KTP maka ambulance dibelokka dulu ke kantor kecamatan untuk dilakukan pemotretan el-KTP. Bukanlah hal yang mudah melakukan proses pemotetan pada ODGj, karena mereka susah fokus, sehingga kornea mata susah bisa terekam. Pada pasien ODGJ yang dibawa tim ini dilakukan “pemaksaan”, matanya sampai dibelalakkan oleh tangan salah satu tim perujuk agar bisa terekam. Pokoknya segala car dicoba agar berhasil.

El-KTP ini sangat krusial bagi ODGJ, sebab tanpa el-KTP mereka tidak bisa mengurus administrasi termasuk BPJS. Ohya di wilayah kerja kami memang ada masalah tersendiri pada pembuatan el-KTP pada ODGJ. Banyak yang belum bisa dilakukan perekaman karena kendala susahnya membawa mereka ke kantor kecamatan. Tak sedikit ODGJ di wilayah kerja saya tidak punya KTP bahkan dihilangkan dari daftar KK karena hal tersebut.

Setelah proses pemotretan el-KTP, ambulance lanjut jalan ke arah RSUD Wonogiri dan di terima dengan baik di IGD dan dilakukan proses-proses pengobatan sesuai SOP yang berlaku. Kemudian pasien ditempatkan di kamara perawatan bersama beberapa ODGJ lainnya.

Selain merujuk saya juga meminta mbak Retno untuk koordinasi dengan keluarganya agar rumahnya dibersihkan sehingga pada saat ODGJ sudah boleh pulang dia tidak stress melihat rumahnya tak terawat.

Alhamdulillah kemarin ODGJ sudah boleh pulang. Dan ini menjadi PR bagi saya dan tim untuk melakukan maintenance agar kondisi kesehatannya jiwanya yang mulai membaik serta gaya komunikasinya sudah bagus bisa bertahan lama dan tidak kambuh lagi seperti dulu. Sebelumnya dia suka keluyuran dan terkadang memakai baju tidak lengkap, padahal dia perempuan.

Rencana kami selanjutnya adalah edukasi keluarga agar mau menerima ODGJ apa adanya dan memperlakukannya secara manusiawi dan tidak diskriminasi. Obat hanyalah sebagian dari proses penyembuhan, namun yang utama adalah bagaimana lingkungan bisa menerima mereka dan memperlakukannya secara baik. Selain itu juga harus mengawasi ODGJ supaya minum obat teratur sesuai petunjuk dokter.

Minggu depan insya Allah saya dan beberapa teman Puskemas bersama perangkat desa setempat akan melakukan kunjungan ke rumah pasien tersebut untuk memberikan edukasi pada keluarganya.

Kami bekerja dengan hati, tidak ada tambahan gaji atau upah lainnya dari proses pengelolaan pasien ODGJ ini. bersyukur saya ketemu dengan orang-orang baik dan tulus yang mau bekerja tanpa memperhatikan upah tambahan.

Andai kami tidak melakukan hal inipun secara hukum kami tidak bersalah, tapi kami terpanggil untuk berbuat demi sesama. Dan menurut saya disinilah letak bahagianya menjadi dokter, ilmunya bermanfaat bagi sesama.

“ Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain”
#Liku2MejaPraktek

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER