SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Ketika Agama Islam Menjadi Alat Politik di Indonesia

Ketika Agama Islam Menjadi Alat Politik di Indonesia

Umat Islam adalah mayoritas penduduk di Indonesia dan tentunya seharusnya memiliki kekuatan yang mendominasi dalam segala aspek bernegara. Pada kenyataannya kondisi seperti “buih di lautan” yang terombang ambing meskipun jumlahnya sangat banyak.

Masa-masa kampanye membuat Umat Islam semakin terbelah dan tentunya hal ini membuat lemahnya kekuatan umat Islam di negeri ini. Kondisi yang lemah ini ternyata tidak membuat umat merapatkan barisan bahkan memperlebar jarak antar kedua belah pihak.

Dan yang lebih memprihatinkan ketika Ayat-ayat suci Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad Saw digunakan sebagai “alat” untuk melakukan tindakan pembenaran diri. Bahkan seorang ulama yang sudah banyak belajar ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan penuh kesahajaan dengan mudah diragukan keilmuannya bahkan keislamannya.

Pesta demokrasi ini adalah pesta rakyat lima tahunan, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus kita jalani di negara demokrasi ini. Ketika pesta lima tahunan ini mampu membelah Ukhuwah Islamiyah menjadi “ukhuwah presideniyah/partainiyah” maka akan semakin terpuruklah Umat Islam di negeri ini.

Ketika seorang tokoh politik suatu partai mampu melontarkan pernyataan akan “kadar iman” seseorang dilihat dari pilihan calon presidennya maka umat langsung bereaksi. Mereka yang dalam sekubu merasa keimanannya naik otomatis, dan yang berseberangan mempertanyakan pernyataan tersebut.

Tentunya Umat Islam harus berusaha belajar dari sejarah bagaimana kasus Malari ketika Umat Islam dibenturkan dengan sesamanya. Umat Islam diperalat kepentingan politik melalui orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang menggunakan kekuatan umat untuk nafsu kekuasaan semata.

Atau bahkan belajar dari kejadian negara-negara di Timur Tengah yang selalu bergejolak akibat memperebutkan kekuasaan suatu negara dengan alasan “perjuangan Islam” dan melakukan pembenaran diri dengan merasa memerangi kaum munafik.

Kita juga perlu belajar dari sejarah perpolitikan di negara ini, yaitu ketika partai mampu berpindah-pindah dukungan atau bahkan seorang politikus mampu berpindah partai dengan alasan tidak sesuai dengan nurani politikus tersebut. Bagi dunia politik perpindahan dukungan dan partai adalah hal yang lumrah dikarenakan dalam politik yang dikenal adalah “Kepentingan Abadi” bukan hubungan yang abadi.

Islam tentunya tidak bisa diberlakukan seperti partai yang dengan mudah berpindah haluan. Islam adalah keyakinan dan tuntunan hidup seorang muslim untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tentunya dalam kondisi politik yang memanas ini, Umat Islam mampu memposisikan diri sebagai penetralisir atas suasana bangsa ini. Ketika Umat Islam terjebak dalam politik praktis dengan menyatakan dukungan pada satu pihak dengan membabi buta tentunya akan membuat Umat Islam menjadi tersandera oleh sebuah kepentingan politik.

Islam adalah dasar dalam berpolitik sesuai dengan hukum-hukum dalam Islam. Bukanlah Islam yang dijadikan sebagai alat politik sehingga ketika tujuan tercapai maka akan dicampakkan.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER