Rekomendasi penceramah telah dikeluarkan oleh Kementrian Agama Republik Indonesia dan telah menimbulkan kegelisahan yang luar biasa. Masyarakat telah diajukan pada pilihan yang membelah hati dan pikiran. Ketika masyarakat dalam kondisi kegelisahan akibat kejadian teror bom yang terjadi di beberapa daerah kini harus menghadapi keputusan rekomendasi yang terkesan terburu-buru dan dipaksakan.
Apakah Kemenag tidak menyadari bahwa rekomendasi tersebut akan memberikan efek domino yang luar biasa di masyarakat. Masyarakat akan diberikan pilihan yang berat dalam mengikuti kajian agama Islam.
Ketika ada istilah ustadz yang masuk rekomendasi secara otomatis akan ada istilah ustadz tidak direkomendasikan. Jika dasar rekomendasi adalah para ustadz sebagai penceramah tidak radikal maka secara otomatis di luar rekomendasi adalah ustadz radikal.
Majelis Ulama Indonesia (MUI)Â tentunya memiliki kewenangan yang lebih kuat tapi tentunya bukan dalam bentuk rekomendasi akan tetapi dalam bentuk surat tugas ceramah yang tentunya dapat dikoordinasikan ke tingkat daerah. Dan Kemenag cukup sebagai pihak yang mengetahui.
Kemenag memberikan penjelasan bahwa rekomendasi ini bersifat tidak mengikat, dan hal ini malah menjadi hal yang sangat aneh dan ganjil. Jika memang tidak mengikat buat apa dibuat.
Ada baiknya Kemenag sebelum memberikan rekomendasi tentunya melihat kondisi masyarakat di daerah. Banyak para mubaligh atau ustadz di daerah yang begitu ikhlas memberikan materi kajian Islam tanpa pamrih. Bahkan pesantren banyak mencetak para penceramah handal. Bagaimana jika nanti ada istilah “ustadz non recomended”.
Ada baiknya MUI dan Kemenag saling berkoordinasi untuk memberikan surat tugas atau sertifikasi kepada para ustadz tersebut dengan sistem jemput bola.
Ada rasa kekhawatiran jika nanti istilah rekomendasi ini menjadi barang komersial di kemudian hari. Bahkan dapat menjadi pembelah umat Islam yang sedang terluka oleh kejadian teror bom. Umat Islam saat ini menjadi “kambing hitam” atas teror bom yang menimpa negeri ini. Dan rekomendasi ini seolah menjadi sekat yang jelas antar para ustadz atau mubaligh berdasarkan isi ceramahnya.
Pada kelewat pinter, jadi keblinger,,,