WARGASERUJI – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu merencanakan akan menghidupkan kembali resimen mahasiswa (Menwa) di perguruan tinggi. Alasannya, keberadaan resimen mahasiswa bisa meredam radikalisme di kalangan mahasiswa.
Menurutnya penting ditanamkan pemahaman bela negara sejak dini. Apabila bela negara telah melekat di setiap warga, Indonesia akan menjadi negara yang kuat.
“Di sini 267 juta, nenek, kakek anak-anak 60 juta. 200 juta bela negaranya hebat, tidak ada satu negara yang mampu merusak kedaulatan negeri kita. Bela negara 100 juta saja udah teriak-teriak orang,” kata dia.
“Selain itu, resimen mahasiswa, dengan demikian bukan kita cuci tangan tapi meringankan. Kita mengawasi bagaimana pelaksanakan apa yang kita buat itu terhadap mahasiswa itu sendiri,” kata dia.
Basmi Radikalisme dengan Bela Negara?
Apa yang direncanakan Menhan adalah karena kekhawatiran minimnya bela negara. Mungkin dengan kegiatan seperti resimen mahasiswa, diharapkan muncul semangat bela negara dan mengurangi paham-paham radikal.
Rencana ini perlu dipertanyakan lebih rinci, karena resimen mahasiswa pernah ada di zaman orde baru. Apakah benar dengan kegiatan seperti itu bisa secara efisien dan efektif membasmi paham-paham radikalisme?
Beberapa ahli tentang terorisme telah mengutarakan berbagai sebab munculnya, bukan karena paham ideologis namun karena ketimpangan sosial. Kalau resimen mahasiswa benar-benar dihidupkan namun ketimpangan sosial nyata terlihat, tetap saja kedamaian sulit diwujudkan.
Semua bergantung orang-orang elit, para pembesar negeri. Terlalu menuntut rakyatnya membela negara, namun para elit itu seperti tidak peduli kesengsaraan yang dirasakan rakyatnya. Sudah jadi rahasia umum, para mantan jenderal banyak yang kaya raya dan berkuasa.
Jadi, pendapat bahwa resimen mahasiswa bisa meredam radikalisme itu kurang tepat. Bagaimana menurut Anda?