WARGASERUJI – Reaktor cacing temuan Puji Heru Sulistiyono, berhasil meraih beberapa penghargaan dan apresiasi dari Gubernur DIY, Kalpataru dan CSR Pertamina TBBM Rewulu. Namun, dalam sebuah diskusi ringan yang diadakan MPM PDM Sleman, Kamis (2/5), diungkapkan bahwa belum ada kajian ekonomis terkait aplikasinya dalam masyarakat luas.
Awal motivasi penemuan reaktor cacing ini berangkat dari keinginan budidaya yang menghasilkan, terutama saat nilai jual cacing yang cukup tinggi. Namun berkembang menjadi teknologi tepat guna dan ramah lingkungan karena mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk yang bernilai tinggi.
Sebagai seorang praktisi, penelitian Puji Heru Sulistiyono perlu mendapat apresiasi yang tinggi. Notabene bukan seorang akademisi, namun punya passion, atau katakan saja hobi, untuk melakukan penelitian. Tentu saja, dengan segala keterbatasan sehingga masih banyak kekurangan.
Menjadi pertanyaan, di tengah Universitas besar di Yogyakarta dengan permasalahan sampah kota, adakah peran perguruan tinggi untuk menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat? Atau perlu menunggu proyek pemerintah baru mau berjalan (semoga saja tidak)?
Jelas, penelitian yang dirintis Puji Heru perlu ditindaklanjuti secara serius oleh perguruan-perguruan tinggi. Merekalah yang punya segala sumber daya untuk melaksanakan penelitian. Bahkan, sebisa mungkin didorong untuk mengadakan kolaborasi dengan peneliti-peneliti lokal non akademis agar mampu “membumi” sesuai kebutuhan masyarakat dan menemukan teknologi tepat guna yang mudah dan murah.
Sebagai contoh, penelitian tentang reaktor cacing bisa dikembangkan sisi ekonomisnya oleh akademisi. Dalam diskusi MPM PDM Sleman, sudah ditanyakan tentang kapasitas sebuah reaktor cacing, bahkan berapa harga jika memesannya.
Lebih lanjut, bisa saja penelitian dilanjutkan dari sisi peluang bisnis (Fakultas Ekonomi), pengolahan limbah (Lingkungan Hidup) dan lainnya. Contoh, bila reaktor cacing bisa menghasilkan pendapatan yang mencukupi bagi sebuah keluarga, berapa kepala keluarga yang bisa dilayani pembuangan sampahnya?
Dari pemikiran Puji Heru, reaktor cacing bisa dikombinasikan dengan berbagai peternakan yang membutuhkan cacing seperti unggas dan perikanan. Atau, perlu pembuangan limbah kotoran seperti di peternakan sapi. Ide ini terinspirasi dari sebuah peternakan ayam di Jawa Timur yang pendapatan utamanya datang dari penjualan lele. Kotoran ayam menjadi media pembiakan ceremende, sejenis serangga yang menjadi makanan utama lele.
Artinya, reaktor cacing bisa menjadi komponen pengelolaan peternakan secara tepat guna, ramah lingkungan dan ramah sosial (tidak bau, dan lain-lain). Pertanyaan berikutnya, tertarikkah para akademisi dengan penelitian di bidang yang jauh dari hingar-bingar kemegahan industri?