Jika ditelaah, karikatur yang dibuat lengkap dengan baju bercirikan kelompok tertentu, jelas berpotensi SARA, memberi stigma negatif dengan orang yang berpakaian sejenis. Tidak ada manfaatnya bagi kebhinekaan.

Jika beralasan dengan sosok oknum, juga jelas memberi stigma dan pantas jika pengikutnya marah. Walau tidak berdampak hukum, dengan meminjam kebebasan (baca kekuasaan) pers, dampak sosialnya berat. Contohnya, karikatur hanya memancing celaan oleh para pembenci, sehingga polarisasi semakin meruncing tanpa henti.

Benar saja, kemudian tiba-tiba banyak membela media. Kekuasaan terusik. Merasa punya hak, dan masyarakat terdampak berat bahkan terpecah belah dianggap tak punya hak kecuali hak jawab. Apakah hak jawab bisa mengembalikan dampak yang sudah terjadi? Tidak, sebuah paku yang menancap akan tetap meninggalkan lubang dan cacat walau sudah dicabut.

Apa yang digambarkan dalam karikatur, barangkali tak akan kena delik pidana. Orang pers itu pintar memainkan cara agar tak tersentuh hukum. Namun, jelas sekali ada “pesan” yang ingin disampaikan, serta yang paling berbahaya, telah menyampaikan kesan di dalam alam bawah sadar. Kesan yang muncul : “setiap orang yang pakai baju seperti karikatur punya sifat jelek”. Inikah agenda rahasia media massa itu?

Jika memang itu agenda setingnya, maka jelas kekuasaan media pers telah disalahgunakan bukan untuk memperbaiki kehidupan demokrasi, sebagaimana konsep bernegara demokratis, melainkan merusak dan memperuncing friksi di tengah masyarakat. Hebatnya, tak ada pertanggungjawaban hukum. Luar biasa kekuasannya.

Tidak salah, kalau sekarang zaman tersebarnya berbagai fitnah.  Fitnah akhir zaman.

    1
    2
    M. Hanif Priatama
    Penulis bebas yang bebas menulis untuk belajar menjadi manusia sesungguh-sungguhnya.

    2 KOMENTAR

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan isi komentar anda
    Masukan Nama Anda