SCROLL KE ATAS UNTUK MEMBACA

Bukan Pencitraan, Kakek yang Ternyata Berprofesi Dokter Ini Memakai Sepeda Onthel Sebagai Kendaraan Utamanya

Bukan Pencitraan, Kakek yang Ternyata Berprofesi Dokter Ini Memakai Sepeda Onthel Sebagai Kendaraan Utamanya

Bila Anda kebetulan warga Jogja kemungkinan Anda pernah berpapasan dengan kakek yang satu ini di jalan. Reaksi Anda mungkin akan cuek atau biasa-biasa saja dan hanya bertanya dalam hati siapa kakek ini.

Waktu itu hari libur tanggal merah, seperti biasa saya dan istri menyempatkan diri untuk putar-putar naik motor menikmati suasana pagi kota jogja. Sampailah tiba di Jalan Veteran, Kebetulan saya melihat seorang kakek dengan kostum khasnya yang sudah familiar dimata saya sedang mengayuh sepedanya yang mulai usang. Kemudian buru-buru menyuruh istri untuk ambil HP dan mengambil gambar Kakek yang sedang mengayuh sepeda itu.

Istri saya bertanya-tanya dan bingung, kemudian saya menjelaskan bahwa beliau adalah dokter Muh. Juudi, dokter spesialis bedah. Beliau praktek disalah satu Rumah Sakit swasta di kota Jogja.

Untuk beberapa saat istri saya belum begitu percaya bahwa beliau seorang dokter bedah, kemudian mengeceknya di google dan mengangguk membenarkannya.

Dokter Juudi panggilan akrab yang biasa perawat dan karyawan Rumah Sakit tersebut memanggilnya. Tampilannya yang begitu sederhana berbeda dari image seorang dokter spesialis bedah yang biasanya berpenampilan lebih elegan.

Dalam aktivitasnya sehari- hari dokter Juudi selalu menggunakan sepeda kesayangannya yang nampak mulai usang itu. Dalam keadaan cuaca hujan alih-alih diantar mobil atau taksi sepeda motorpun tidak. Beliau tetap memakai sepedanya untuk pergi praktek di Rumah Sakit, cerita dari tukang parkir Rumah Sakit kepada saya.

“Mas, bagi beliau kehidupan dunia nampaknya tidak begitu di utamakan,”kata tukang parkir.

Tidak hanya itu, pernah seorang teman melihat beliau pergi ke suatu acara symposium kegiatan ilmiah dokter bedah di Jogja, dokter Juudi tetap dengan menggunakan sepeda kesayangannya dan kostum khasnya. Ada lagi cerita dari seorang perawat, setiap habis gajian sering dokter Juudi membagikan-bagikan angpao kebeberapa perawat.

Selain di Rumah Sakit beliau juga membuka praktek di rumahnya. Beberapa waktu lalu saya pernah lewat jalan yang berada didepan rumah beliau. Tampak terlihat rumah yang cukup sederhana untuk ukuran seorang dokter bedah, walaupun nilai propertinya mungkin mencapai milyaran karena terletak dipinggir jalan didaerah strategis kota Jogja.

Untuk kehidupan religinya Insya Allah sudah tidak diragukan lagi, sering kali dokter Juudi juga mengisi khotbah pada waktu sholat Jumat. Saya pernah beberapa kali mampir sholat Jumat di Masjid Rumah Sakit tempat beliau praktek dan kebetulan Beliau sebagai khatibnya.

Sosok seperti dokter Juudi ini mungkin sangat jarang ditemui di Indonesia. Ke istiqomahan beliau dalam menjalani kehidupan yang sederhana (sudah mecapai level zuhud), bisa menjadi tauladan bagi kita semua walaupun mungkin tidak bisa meniru seratus persen sama.

Kesederhanaan beliau bukan palsu, yang di pertontonkan karena niat menjadi Caleg, Cakada atau Capres. Saya yakin beliau tidak ada niat untuk itu karena hal ini sudah dilakukan sejak lama, jauh sebelum politik pencitraan dikenal orang.

Sebagai akhir tulisan saya memohon maaf terhadap dokter Juudi atau keluarga, karena mungkin lancang membuat tulisan ini dan foto beliau. Sungguh saya tidak bermaksud jahat sama sekali, hal ini saya lakukan karena kekaguman terhadap beliau dan ingin mengabarkan lewat tulisan ini. Semoga dokter Juudi selalu diberi kesehatan, sehingga keahliannya bisa terus dirasakan para pasiennya.

Tulisan ini tanggung jawab penulisnya. Isi di luar tanggung jawab Redaksi. Pengaduan: redaksi@seruji.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan isi komentar anda
Masukan Nama Anda

Artikel Lain

TERPOPULER