SLEMAN, WARGASERUJI – Henry Supranto mengklaim mampu mengolah sampah organik dengan cepat dengan lalat magot hingga lima belas ton dalam sebulan. Bahkan, dengan kondisi tertentu bisa mengolah satu ton sehari.
Hal itu ia sampaikan pada acara buka bersama dan diskusi yang diselenggarakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sleman, di aula Rumah Dinas Wakil Bupati Sleman, pada hari Senin (20/5).
Apa itu Magot? Magot adalah larva lalat jenis BSF. Lalatnya sendiri hanya hidup sebentar. Yang jantan segera mati setelah kawin. Sedangkan yang betina, mati setelah bertelur. Sedangkan larvanya sendiri memiliki masa hidup lebih panjang.
“Saya, mungkin yang paling banyak pahala, karena memelihara banyak yatim piatu,” kata Henry berkelakar. Telur lalat BSF ditinggal mati oleh induknya, jadi disebut sebagai yatim piatu.
Potensi Larva Magot dalam Mengurai Sampah
Larva magot hanya mengurai sampah organik. Sampah yang dimaksud adalah semua hasil sisa aktifitas makhluk hidup, termasuk sisa pembuangan dapur, kotoran hewan dan manusia, dan lain-lain.
Berdasarkan penelitian, sepuluh ribu telur magot bisa mengurai 1 kg dalam waktu 24 jam. Sepuluh ribu telur magot itu dihasilkan hanya dari sekitar 30 lalat saja.
Satu gram telur, sekitar 37.000 butir, bisa mengurai sekitar 3,5-4 kg dalam sehari. Sehingga, dengan pengkondisian tertentu, mengolah satu ton sampah organik bukanlah sesuatu yang sulit. Oleh karena itu, Larva magot dianggap mampu mengatasi masalah sampah, khususnya sampah organik.
Umur lalat BSF maksimal hanya enam hari. Telur yang dihasilkan lalat, akan menetas dalam waktu dua sampai tiga hari. Sedangkan umur larva menetas bisa sampai 21-30 hari. Artinya, lalat BSF tidak mencari makan, sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Sinergi dengan Reaktor Cacing
Karena masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda, maka larva magot dengan reaktor cacing bisa disinergikan.
Henry juga membuat alat skala rumahan, namanya “Kandang Three in One”.
“Karena di situ dia kawin, di situ dia bertelur, dan di situ pula dia menetas dan mengurai sampah di dalamnya,” ujarnya.
Dengan alat yang ia buat, sudah tidak pusing lagi masalah media kawin, bertelur, dan menetas. Siklus hidup magot terus menerus berada di dalam alat. Cukup dibantu penyemprotan air agar larva bisa berjalan ke kotak berisi sampah yang akan diolah.