Mardigu identik dengan sosok kontroversial di bidang ekonomi. Pembenci BUMN ini punya pemikiran lain dari pada yang lain, termasuk sering mengkritik kebijakan ekonomi pemerintahan, siapapun presidennya. Kali ini, ketika ramai-ramai tentang pilpres 2019, ia mengajukan kebijakan gila ala Mardigu jika jadi presiden. Mimpi, tapi menarik.

Mardigu mengajukan dua kebijakan gila, tentang “flight kapital” dan bunga bank, jika jadi presiden Indonesia yang sepertinya tak akan mungkin terjadi. Barangkali, dua kebijakan tersebut muncul ketika ia merasa ekonomi Indonesia stagnan dan terlalu bergantung dengan pihak luar negeri, sesuai insting dari pengalaman bisnisnya bertahun-tahun.

Kebijakan pertama tentang “flight capital”, ia menyatakan, “siapa saja mengirim uang tanpa transaksi keluar negeri, akan di kenakan penjara 10 tahun.”

Yang ia sebut “tanpa transaksi” adalah mentransfer dana ke luar negeri bukan untuk membeli barang dagangan, membayar sekolah, atau untuk produksi, melainkan hanya untuk ditabung atau diinvestasikan di negara lain. Kalau dua hal terakhir itu yang dilakukan, maka pilihannya ada dua : mengembalikannya ke Indonesia atau dipenjara 10 tahun lamanya.

Mardigu beralasan, jika ia jadi presiden maka kebijakan yang diambil adalah “Utamakan Indonesia”. “Saya anti dengan kebijakan keuangan seperti sekarang yang NEKEN rakyat dengan pajak tetapi MANUT dengan asing. Geblek bener dah!” ungkapnya di Channel Telegram miliknya.

Kebijakan kedua yang ia ajukan adalah bunga deposito, bunga bank, bunga meletakan uang di bank,  dihapuskan!

“Saya tahu, sahabat yang punya uang ratusan juta, milyar, bahkan ratusan milyar anda akan kebingungan mem”biak” kan uang anda. Biasanya tiap bulan mantan pejabat yang rumahnya di bilangan mewah, makan bunga deposito bisa dapat ratusan juta dari bunganya saja, mendadak sontak jadi NOL, ” katanya.

Apa yang terjadi kemudian, menurutnya, pemilik dana akan kebingungan “membiakkan” uangnya. Mereka pasti akan berbisnis, berinvestasi, membeli tanah/lahan atau property dan segala cara lainnya. Tidak pula bisa disimpan ke luar negeri karena diancam hukuman.

Ia menuturkan akan dampaknya, berupa geliat ekonomi jutaan orang yang terlibat menggunakan ribuan triliun yang mendadak beredar dalam waktu semalam. Produktifitas meningkat pesat, diiringi kedaulatan ekonomi mandiri.

Dan masih seperti biasanya, ia ungkapkan dengan bahasa seenaknya, “Syariah ngak tuh ide nya? Berkah ngak tuh jadinya bangsa dan Negara Indonesia ini? Bisnis muter ngak tuh dengan cepat? Kuat ngak itu ekonomi Negara? Menurut saya kita menjadi berdaulat ekonomi dalam semalam.”

Namun, ia akui jika tidak mungkin jadi presiden dengan sedikit menyindir karena dirinya tidak sempat masuk gorong-gorong, nge-vlog, atau hal-hal lain yang menyebabkan orang lain bisa mempercayai dirinya. Ia hanya menekankan telah memberi peringatan, entah didengar atau tidak.

    M. Hanif Priatama
    Penulis bebas yang bebas menulis untuk belajar menjadi manusia sesungguh-sungguhnya.

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan isi komentar anda
    Masukan Nama Anda