WARGASERUJI - Cinta itu berkah dan rahmat. Berkah karena dengannya manusia memiliki rasa saling menyayangi, berempati, dan saling peduli. Rahmat karena ia naluri yang Allah...
Rentetan peristiwa memilukan ini sangat melukai Ibu Pertiwi. Di saat negeri ini bersedih, sangat tak etis konser musik digelar hanya untuk memeriahkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Gempuran produk impor saja sudah membebani, janganlah ditambah dengan aturan yang tak berpihak pada kaum muslim. Mayoritas berasa minoritas. Tersisih di negeri sendiri.
Sebagai kota santri, Pasuruan diharapkan lebih mudah memproses diri agar generasinya sesuai predikatnya. Sayangnya, aturan pergaulan yang diterapkan di tengah masyarakat mengikisnya. Yakni, sistem sekuler liberal yang merusak generasi muda. Seks bebas tak lagi menjadi hal tabu. Hamil di luar nikah menjadi pemandangan biasa.
Mobil dinas sejatinya adalah alat trasnportasi, perlukah membeli mobil dengan harga 'langit'? Kan yang penting fungsinya berjalan. Spesifikasinya sesuai standar kelayakan. Tak perlu bermewah-mewah. Hidup sederhana. Agar bisa merasakan apa yang diderita rakyat bawah.
Mau dibilang merdeka, secara de jure iya. Tapi secara de facto jelas tidak. Negeri ini masih dibelenggu kepentingan kapitalis. Layakkah kita teriak merdeka?
Kalaupun ada, paling juga mendapat remah-remah kekayaannya saja. Hanya jadi obyek. Subyeknya tetaplah kaum kapital juga. Ibaratnya negara hanya regulator dan fasilitator, rakyat sekadar operator, dan kapitalis sebagai cukong.
Istilah radikal makin santer digaungkan. Kata radikal sering dipakai bagi mereka yang terpapar Islam garis keras. Seperti pernyataan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang mengatakan ASN di Jateng banyak terpapar radikalisme.